Data dari Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) milik Kementerian Agama menuliskan sebanyak 461 jemaah haji dinyatakan wafat. Mayoritas jemaah haji yang wafat adalah lansia, yang rata-rata berumur 71 tahun ke atas.
Siskohat mencatat jumlah jemaah haji yang meninggal usia 71 tahun keatas berjumlah 207 jemaah. Berikutnya, di rentang usia 61 hingga 70 sebanyak 149 jemaah, rentang usia 51 hingga 60 berjumlah 85 jemaah, dan terakhir rentang usia 31 hingga 50 tahun berjumlah 20 jemaah.
“Dari 461 jemaah yang wafat, sebagian besar meninggal di Makkah (353). Lainnya meninggal di Madinah (60), Mina (32), Arafah (6), dan Jeddah (10).” jelas Gus Yaqut (25/7/2024), mengutip Direktoral Jenderal PHU.
Mayoritas Jemaah haji yang meninggal adalah jemaah yang masuk kategori risiko tinggi. Kondisi risiko tinggi memiliki kerentanan dalam masalah kesehatan ketika melaksanakan ibadah haji. Masalah Kesehatan tersebut seperti diabetes, hipertensi, jantung dan penyakit kronis lainnya.
Berdasarkan BBC, selain faktor penyakit kronis terdapat faktor lain yang menyebabkan jemaah haji meninggal. Penyebab tersebut diantaranya panas ekstrem, tenda penuh sesak dan masalah sanitasi, masalah transportasi, dan tenaga medis yang lamban.
Sebanyak 553 kloter dengan jumlah 212.720 jemaah haji pulang ke tanah air. Hingga akhir operasional, masih ada jemaah haji yang berada di Arab Saudi untuk menjalani perawatan.
46 jemaah haji yang sakit akan terus berada dalam pantauan Kantor Urusan Haji (KUH) di Jeddah. Jemaah haji tidak akan dikenakan biaya selama perawatan berlangsung.
Pada tanggal 25 Juli 2024, Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan operasional ibadah haji tahun ini sudah selesai. Jumlah jemaah haji reguler yang berangkat ada 213.275 dan diberangkatkan ke Arab Saudi.
Dengan dinyatakannya operasional haji tahun 2024, dilaksanakan evaluasi sekaligus persiapan penyelenggaran haji tahun depan. Kuota ibadah haji tahun 2025 diperkirakan akan sebanyak 221.000.
Baca Juga: Kemenag Mulai Susun Regulasi Layanan Akomodasi Jemaah Haji 2025
