Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa ekonomi Indonesia pada triwulan III-2024 tumbuh sebesar 1,50% (q-to-q). Produk Domestik Bruto (PDB) pada periode tersebut mencapai Rp5.638,9 triliun atas dasar harga berlaku.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia periode ini tercatat stabil dibandingkan tahun lalu (y-on-y). Adapun Pulau Jawa masih menjadi pendorong geliat perekonomian terbesar dengan proporsi mencapai lebih dari separuh PDB nasional, tepatnya di angka 56,84%.
Sementara itu, dari segi pengeluaran, kontribusi terbesar dalam struktur PDB tetap terletak pada konsumsi rumah tangga dengan nominal mencapai Rp2.993,2 triliun, setara dengan 53,08% dari PDB total. Kendati demikian, besarannya turun 0,48% terhadap triwulan sebelumnya (q-to-q) yang menyentuh Rp3.019,1 triliun.
Distribusi pengeluaran terbesar berikutnya dipegang komponen pembentukan modal tetap bruto dengan nilai sebesar Rp1.677,5 triliun, mencakup 29,75% dari keseluruhan. Apabila konsumsi rumah tangga turun, nilai komponen ini naik 8,44% dibanding triwulan sebelumnya yang berada di angka Rp1.544,1 triliun.
Ekspor barang dan jasa menjadi kontributor terbesar selanjutnya. Komponen ini bernilai Rp1.270,4 triliun, menyumbang 22,53% secara keseluruhan. Laju pertumbuhannya menanjak 8,10% dari Rp1.183,1 pada triwulan sebelumnya.
Distribusi PDB pada triwulan III-2024 terbesar secara berurutan dilanjutkan komponen konsumsi pemerintah (Rp406,6 triliun/7,21%), perubahan inventori (Rp216,1 triliun/3,83%), dan terakhir konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (Rp73,0 triliun/1,29%). Adapun diskrepansi statistik atau selisih PDB lapangan usaha dan PDB pengeluaran sebesar Rp173,0 triliun.
Sementara itu, impor barang dan jasa dengan nilai sebesar Rp1.170,9 triliun, mengambil 20,76% bagian dari PDB nasional. Besaran kali ini naik dari periode sebelumnya (q-to-q), yaitu sebesar 8,99% dari Rp1.087,2 triliun, sehingga pengurangannya pun bertambah besar.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025 Diproyeksi Mencapai 5,2%