Pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan berbagai strategi untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan pada tahun 2025. Dengan perkiraan pertumbuhan sebesar 5,2%, bauran kebijakan fiskal, moneter, serta sektor keuangan dirancang untuk memperkuat fondasi ekonomi domestik dan menjaga stabilitas dalam jangka panjang.
Perekonomian global diperkirakan akan menghadapi tantangan yang signifikan pada tahun 2025, dengan kondisi yang masih dinamis dan berisiko memengaruhi kinerja ekonomi domestik di berbagai negara.
Berdasarkan World Economic Outlook dari IMF per Juli 2024, pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan stagnan di angka 3,3%. Dalam konteks tersebut, ekonomi Indonesia menunjukkan ketangguhan dengan pertumbuhan ekonomi yang tetap solid dan stabil.
Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu), pada 2021 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 3,7% dengan defisit terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 4,57%.
Pada 2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia naik menjadi 5,3% dengan defisit terhadap PDB sebesar 2,35%. Di tahun berikutnya, pertumbuhan ekonomi stagnan pada angka 5,3% sedangkan defisit terhadap PDB turun menjadi 1,61%.
Outlook pertumbuhan ekonomi pada 2024 mencapai 5,1% dengan defisit PDB sebesar 2,70%. Sementara itu, Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) pada 2025 mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% dengan defisit terhadap PDB sebesar 2,53%.
Di tengah tantangan ekonomi global, ekonomi Indonesia tetap menunjukkan ketangguhan. Pada Kuartal II-2024, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,05%. Ini menunjukkan bahwa stabilitas ekonomi domestik berhasil dipertahankan, dengan beberapa indikator ekonomi yang tetap positif seperti inflasi yang terkendali, surplus neraca perdagangan, dan tekanan nilai tukar rupiah.
Untuk mengatasi tantangan yang ada dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan pada tahun 2025, pemerintah Indonesia telah merancang strategi seperti penguatan konsumsi domestik, akselerasi transformasi ekonomi, serta kebijakan fiskal dan moneter yang proaktif.
Baca Juga: Target Pertumbuhan Ekonomi Naik 8% di Era Prabowo-Gibran, Realita atau Impian?
