Fenomena ‘mendadak jadi atlet lari’ menjadi salah satu tren bagi para pekerja urban dalam mengatasi stres. Penelitian The Conversation menjelaskan bahwa aktivitas lari dapat membantu mengelola emosi yang muncul dari tekanan pekerjaan. Selain itu, lari selepas bekerja secara berkelompok memberikan rasa lebih percaya diri melalui interaksi selama berlari.
Strava mengeluarkan laporan data mengenai tren olahraga selama 2023. Gen Z terlihat lebih banyak membagikan pengalaman larinya (69%) dibanding bersepeda (36%), diikuti oleh milenial dan gen X. Sedangkan boomers justru lebih sering membagikan aktivitas bersepeda (63%) dibanding lari (29%).
Pada hari kerja (weekdays), gen Z lebih sering melakukan lari sepulang kerja di atas jam 4 sore dibandingkan dengan boomers (24%). Sedangkan pada akhir pekan, boomers lebih sering memulai lari lebih cepat sebelum jam 10 pagi.
Meskipun dapat membantu mengurangi stres, olahraga lari yang berlebihan, terutama setelah bekerja, tetap tidak baik bagi tubuh. dr. Andy Sukmadja, Sp.JP (Spesialis Jantung & Pembuluh Darah) RS EMC Cibitung memberikan tips dengan selalu memastikan istirahat yang cukup, pemanasan dan peregangan sebelum lari, hingga memperhatikan nutrisi agar tetap terhidrasi.
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin juga menceritakan pengalaman mempersiapkan maraton dengan latihan rutin lari di tengah kesibukannya hampir 4-5 kali seminggu, mulai dari recovery run, strength training, hingga long run. Tak hanya berlatih rutin, kesiapan fisik dan kondisi juga selalu dipastikan Menkes Budi melalui medical check-up di RS. Fatmawati.
“Sama ahlinya dikasih tahu ini kurangnya apa, mesti bagaimana, mesti perhatiin apa,” ucap Budi Gunadi, mengutip laman Sehat Negeriku.