Fenomena berkurangnya angka kelahiran tidak hanya santer terdengar di luar negeri, melainkan juga di Indonesia. Berdasarkan data Proyeksi Penduduk Indonesia 2020-2050, terjadi tren penurunan jumlah penduduk di bawah 25 tahun.
Selain itu, data Analisis Kemiskinan Anak Moneter 2023 menemukan adanya fenomena gap generasi di Indonesia. Fenomena ini terjadi ketika jumlah penduduk dalam golongan anak usia dini jauh lebih sedikit dibandingkan golongan lanjut usia, begitu pula sebaliknya.
Fenomena berkurangnya angka kelahiran sering kali berbanding lurus dengan gap generasi yang mengakibatkan lebih banyak populasi lansia dibandingkan anak-anak. Di Indonesia, fenomena gap generasi terlihat paling signifikan di D.I. Yogyakarta. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2023, hanya terdapat 9,67% anak usia dini dan 16,02% lansia di Yogyakarta.
Provinsi kedua dengan fenomena gap generasi tertinggi adalah Jawa Timur. Di sini, hanya terdapat 9,41% anak usia dini. Sementara itu, ada lebih banyak lansia dengan proporsi sebesar 15,57% dari total penduduk.
Jawa Tengah juga memiliki perbandingan jumlah penduduk yang menunjukkan fenomena gap generasi. Di saat penduduk lansia berjumlah 15,05% dari total populasi, hanya terdapat 9,74% anak usia dini di provinsi tersebut.
Fenomena gap generasi keempat ditemukan di Bali. Penduduk lansia di sini berjumlah 13,97%, sedangkan populasi anak usia dini hanya terdapat 9,60%.
Terakhir, dengan proporsi penduduk lansia sebanyak 13,70% dan anak usia dini sebanyak 10,40% Sulawesi Utara berada di posisi kelima provinsi dengan fenomena gap generasi terbesar di Indonesia.
Baca juga: Ramai Soal Fenomena Childfree, Bagaimana Laju Angka Kelahiran di Indonesia?