Rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan indikator ekonomi yang menggambarkan seberapa besar beban utang suatu negara dibandingkan dengan kapasitas produksinya. Indikator ini sering digunakan untuk menilai stabilitas ekonomi dan kemampuan suatu negara dalam membayar kembali utangnya.
Pada tahun 2024, beberapa negara mencatatkan rasio utang terhadap PDB yang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan adanya tekanan ekonomi yang signifikan. Berikut lima negara dengan rasio utang terhadap PDB tertinggi di dunia pada tahun 2024.
1. Jepang: 264%
Jepang menempati urutan pertama dengan rasio utang terhadap PDB sebesar 264%. Sejarah panjang utang Jepang dimulai dari krisis keuangan pada awal 1990-an. Setelah crash pasar saham Nikkei pada tahun 1992, pemerintah Jepang melakukan serangkaian bailout dan inisiatif stimulus ekonomi untuk menyelamatkan bank dan perusahaan asuransi yang terancam bangkrut.
Langkah-langkah ini termasuk konsolidasi dan nasionalisasi bank, serta penyediaan kredit dengan bunga rendah. Meskipun berhasil mencegah keruntuhan, tindakan ini menyebabkan lonjakan utang nasional yang berkelanjutan hingga saat ini. Namun, hingga saat ini Jepang masih dianggap sebagai salah satu ekonomi paling stabil di dunia, berkat basis ekonomi yang kuat dan inovasi teknologi.
2. Venezuela: 241%
Venezuela memimpin daftar negara dengan rasio utang terhadap PDB tertinggi di dunia, mencapai 241%. Negara ini memiliki cadangan minyak terbesar di dunia, tetapi sayangnya, pengelolaan perusahaan minyak milik negara yang buruk dan kebijakan ekonomi yang kontroversial telah meruntuhkan PDB-nya.
Seiring dengan penurunan tajam dalam produksi dan harga minyak, Venezuela telah mengambil pinjaman besar untuk menopang ekonominya yang runtuh, memperburuk beban utangnya.
3. Sudan: 186%
Sudan dengan rasio utang terhadap PDB sebesar 186%, menghadapi tantangan ekonomi yang serius. Negara ini telah melalui periode konflik berkepanjangan, ketidakstabilan politik, dan sanksi ekonomi yang parah.
Setelah pemisahan Sudan Selatan pada tahun 2011, Sudan kehilangan sebagian besar pendapatan minyaknya yang semakin memperburuk situasi ekonomi. Pemerintah Sudan telah bergantung pada pinjaman internasional untuk mendanai ekonominya.
Sebagian besar digunakan untuk mendukung pengeluaran pemerintah dan membiayai defisit anggaran yang besar. Akibatnya, beban utang Sudan terus meningkat.
4. Yunani: 173%
Yunani telah lama menjadi sorotan dalam perdebatan global tentang utang negara. Dengan rasio utang terhadap PDB sebesar 173%, negara ini terus berjuang untuk keluar dari bayang-bayang krisis keuangan yang menghantamnya lebih dari satu dekade yang lalu.
Krisis utang Yunani pada tahun 2009-2010 memicu serangkaian bailout dari Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF), yang disertai dengan kebijakan penghematan yang ketat.
Meskipun Yunani telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan ekonomi, beban utangnya masih sangat besar, dan reformasi ekonomi yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan tetap menjadi tantangan utama.
5. Singapura: 168%
Singapura menempati posisi kelima dengan rasio utang terhadap PDB sebesar 168%. Meskipun angka ini tampak tinggi, tetapi struktur ekonomi Singapura berbeda dari banyak negara lainnya. Sebagian besar utang ini tidak berasal dari utang pemerintah pusat, melainkan dari penerbitan obligasi oleh badan usaha milik negara untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur dan investasi.
Singapura memiliki ekonomi yang sangat maju dan stabil, dengan cadangan devisa yang besar dan kebijakan fiskal yang penuh kehati-hatian. Oleh karena itu, meskipun rasio utangnya tinggi, Singapura dianggap mampu mengelola dan mempertahankan stabilitas ekonominya.
Kelima negara dengan rasio utang terhadap PDB tertinggi di dunia ini menunjukkan berbagai tantangan ekonomi yang unik dan beragam. Masing-masing negara ini harus menghadapi tantangan besar dalam mengelola dan mengurangi beban utang mereka.
Walaupun rasio utang yang tinggi seringkali menjadi tanda peringatan bagi ekonomi suatu negara, cara masing-masing negara menangani situasi ini dapat menjadi wawasan berharga tentang ketahanan ekonomi dan kebijakan fiskal yang efektif.