Lebih dari setengah Milenial Khawatir Tentang Ketidaksetaraan Sosial dan Ekonomi

58% dari 600 responden sepakat kekhawatiran terbesar milenial saat ini berada pada isu ketidaksetaraan sosial dan ekonomi.

Kekhawatiran Millenial pada Isu Sosial, 2024

Sumber: IDN Research Institute
GoodStats

Menurut definisi dari Institut Agama Islam, ketidaksetaraan sosial dan ekonomi merujuk pada perbedaan mencolok dalam distribusi kekayaan, pendapatan, dan akses terhadap sumber daya ekonomi di antara individu, kelompok, atau daerah dalam masyarakat tertentu.

Isu-isu sosial dan kemasyarakatan saat ini telah menjadi perhatian utama bagi para milenial, khususnya dalam konteks ketidaksetaraan. Dalam Indonesia Millennial Report 2024, 58% dari 600 responden sepakat kekhawatiran terbesar milenial saat ini berada pada isu ketidaksetaraan sosial dan ekonomi sebagai perhatian utama. Data tersebut dipublikasikan melalui IDN Research Institute.

Sementara kekhawatiran lainnya seperti Kesehatan mental dan kesejahteraan menempati posisi kedua dengan 42%, diikuti oleh Hak Asasi Manusia (HAM) dan keadilan sosial yang menjadi perhatian 36% responden dan akses terhadap pendidikan dipilih oleh 33% responden sebagai isu penting.

Selain itu, 30% milenial khawatir tentang perubahan iklim dan kerusakan lingkungan, sementara 29% merespons dampak perkembangan teknologi. Di sisi lain, ketidaksetaraan gender dan perubahan politik kurang menjadi prioritas, masing-masing hanya mendapat perhatian 12% dan 11%.

Dalam beberapa tahun terakhir, ketidaksetaraan ekonomi di Indonesia mengalami peningkatan pada Maret 2023. Tercatat, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur menggunakan Gini Ratio adalah sebesar 0,388, melansir BPS.

Sekretaris Jendral Badan Pusat Statistik (BPS) Atqo Mardiyanto dalam konferensi pers, Senin (17/7), mengungkapkan peningkatan angka ketimpangan di Indonesia disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang belum merata di antara lapisan masyarakat.

20% dari kelompok atas mendapatkan keuntungan lebih besar dari pertumbuhan ekonomi, sementara kelompok menengah dan menengah-bawah tidak mengalami peningkatan yang sama.

“Dengan kata lain, kenaikan ketimpangan (gini ratio) disebabkan naiknya pengeluaran golongan atas. Oleh karena itu ketimpangan naik, khususnya di perkotaan karena pertumbuhan pengeluaran masyarakat menengah-bawah lebih lambat dari yang atas," ujar Atqo dalam CNBC Indonesia.

Baca Juga: Potensi Pencapaian Target SDG Melalui Perbaikan Indeks Kesetaraan Gender Indonesia

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook