Pada Senin (6/1/2025), program Makan Bergizi Gratis (MBG) mulai dijalankan secara bertahap oleh pemerintahan Prabowo-Gibran. MBG menjadi salah satu program yang paling banyak disorot oleh publik, pasalnya program ini seringkali dibicarakan pada masa kampanye dan merupakan sebuah program yang membutuhkan anggaran yang cukup besar.
Program MBG tentunya membuat pro-kontra dikalangan masyarakat, beberapa orang menilai program ini tidak efektif untuk dilakukan dan merupakan pemborosan anggaran, sementara yang lainnya berpendapat bahwa program MBG harus dijalankan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak, serta ibu hamil dan menyusui. Untuk itu, kandungan gizi dalam menu MBG sangat penting untuk diperhatikan.
Pada 6-17 Januari 2025, Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) melakukan analisis menu program MBG. Berdasarkan analisis tersebut ditemukan bahwa hanya 5 dari 29 menu (17%) MBG yang memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) energi harian, 2 menu (7%) melebihi AKG energi harian, dan 22 menu (76%) tidak memenuhi AKG energi harian.
Analisis tersebut juga menemukan bahwa hanya 5 dari 29 menu (17%) MBG yang memenuhi AKG protein harian, 14 menu (48%) melebihi AKG protein harian, dan terdapat 10 menu (34%) yang tidak memenuhi AKG protein harian.
Nilai AKG mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2019 yang juga digunakan untuk petunjuk teknis program MBG. Berdasarkan peraturan tersebut satu porsi makan siang harus dapat memenuhi kecukupan kalori/energi sebesar 30-35% AKG harian dan kebutuhan protein sebesar 33-36,4% bagi peserta didik di jenjang SD kelas 4-6, SMP, dan SMA sederajat.
Baca Juga: Kekhawatiran Potensi Korupsi Rp8,5 Triliun Program MBG