Melansir dari laman resminya, Kartu Prakerja merupakan program pelatihan yang dikelola oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI. Bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi angkatan kerja di Indonesia untuk meningkatkan kompetensi kerja dan kewirausahaan, sehingga bisa berkontribusi pada pengembangan kualitas SDM.
Dalam pelaksanaannya, ada tiga tipe pelatihan yang tersedia dan bisa dipilih sesuai kondisi peserta pelatihan:
- Webinar: pelatihan yang dilakukan para peserta secara daring bersama instruktur beserta tugas praktiknya melalui interaksi kelas langsung (real-time),
- Pembelajaran Mandiri: pelatihan dengan materi video beserta tugas praktiknya yang bisa diakses melalui platform LMS (Learning Management System) secara asinkron atau sesuai pilihan waktu belajar masing-masing peserta,
- Luring: pelatihan yang dilaksanakan para peserta dengan bertemu tatap muka dalam satu ruangan dan waktu yang bersamaan.
Menurut data terbaru mengenai penerima program Prakerja, dari total 6.548 pelatihan yang tersedia, mayoritas peserta paling berminat dengan tipe kelas webinar, yang jumlah pelatihannya ada 3.636 (55,53%). Kemudian, jenis pembelajaran mandiri menempati urutan kedua sejumlah 2.690 (41,08%), diikuti oleh jenis pelatihan luring dengan persentase 3,39% atau sekitar 222 saja dari total keseluruhannya.
Dalam suatu forum bincang santai, salah seorang alumni Prakerja di gelombang ke-3 R. Fauziyah Maharani menyatakan pengalamannya selama mengikuti program Prakerja.
“Saat itu, saya belum bekerja kantoran. Tapi punya bisnis jualan makanan ringan seperti steak kentang. Daripada waktu digunakan untuk kegiatan tidak bermanfaat, saya pakai nonton-nonton video, belajar berbagai pengetahuan yang disediakan Kartu Prakerja,” ujarnya dalam siaran langsung Instagram Prakerja, Jumat (13/11/2020).
Ia juga membicarakan terkait pelaksanaan pelatihan yang mudah diikuti. “Pelatihan-pelatihan itu ada yang berbentuk webinar maupun video, tapi saya bisa ikuti semua metodenya. Lancar-lancar saja. Para pembicaranya menjelaskan materi dengan mudah dimengerti, sangat gampang dicerna dan menyenangkan,” lanjutnya.
Meskipun banyak pula alumni lainnya yang merasa terbantu dengan adanya program ini, ekonom dan pakar kebijakan publik UPN Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat mengharapkan pada era pemerintahan presiden Prabowo, program ini bisa diganti dengan alternatif serupa pelatihan kerja berbasis industri dan penyejahteraan UMKM yang diintegrasikan dengan data ekonomi yang tepat.
“Kebijakan itu bisa memberikan dampak yang lebih signifikan bagi kesejahteraan masyarakat,” tegasnya pada Jumat (04/10/2024), mengutip Tempo.
Menurutnya, ada beberapa alasan yang melandaskan usulannya agar program Prakerja tak dilanjutkan ke depannya, yaitu ketidaksesuaian sasaran program, risiko ketergantungan, serta biaya operasionalnya yang besar.
Baca Juga: Dianggap Sukses, Program Kartu Prakerja RI Direplikasi Negara Lain