Impor merupakan salah satu indikator penting dalam menggambarkan keadaan perekonomian di suatu negara. Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengeluarkan data terbaru mengenai nilai impor Indonesia per Oktober 2024, yang nilainya mencapai US$21,94 miliar. Angka tersebut naik sebesar 16,54% jika dibandingkan bulan September dengan nilai impor sebesar US$18,82 miliar.
Kenaikan nilai impor terjadi karena naiknya impor di sektor migas dan non migas. Peningkatan sektor migas disebabkan karena bertambahnya impor hasil minyak sebesar US$1,63 miliar, naik 8,24% dibandingkan bulan September dengan nilai impor sebesar US$ 1,78 miliar.
Sementara itu, kenaikan sektor non migas didorong oleh kenaikan hampir seluruh golongan barang non migas, terkecuali golongan barang mesin/peralatan mekanis dan bagiannya yang mengalami penurunan nilai impor senilai US$62,1 juta.
Jika dilihat selama tahun 2024, nilai impor Indonesia cenderung fluktuatif. Pada Januari 2024, nilai impor Indonesia tercatat sebesar US$18,49 miliar, yang kemudian sedikit turun menjadi US$18.44 miliar pada Februari. Penurunan yang lebih signifikan terjadi pada Maret dan April, dengan nilai impor masing-masing mencapai US$17,96 miliar dan US$16,89 miliar.
Namun, impor mengalami lonjakan pada Mei 2024, mencapai US$19,40 miliar, dan mencapai titik tertingginya pada Juli dengan nilai US$21,74 miliar. Meski demikian, impor kembali menurun pada Agustus menjadi US$20,66 miliar dan terus turun pada September menjadi US$18,82 miliar.
Naiknya nilai impor dapat berpengaruh positif sekaligus negatif dalam perekonomian. Dampak positif dari meningkatnya nilai impor adalah bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri terutama dalam kebutuhan yang tidak bisa diproduksi secara efisien di Indonesia. Namun tentu kenaikan nilai impor perlu dikontrol karena impor yang berlebih dapat menurunkan penjualan produk dalam negeri dan mengakibatkan ketergantungan yang tinggi.
Baca Juga: Singapura Kuasai Pangsa Impor Bahan Bakar Mineral Indonesia 2023
