Nilai ekspor komoditas nikel menunjukkan tren yang memuaskan sejak tahun 2021. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor komoditas logam dasar berwarna putih keperakan ini meningkat signifikan selama lima tahun terakhir.
Pada tahun 2020, nilai ekspor tercatat turun tipis sebesar 0,40% dibanding tahun sebelumnya menjadi sebesar US$791,3 juta. Kondisi ini dapat dikaitkan dengan dampak pandemi Covid-19 yang menghambat aktivitas perdagangan global, termasuk penurunan permintaan dari negara-negara importir utama.
Pada tahun 2021, tren ekspor nikel Indonesia mulai menunjukkan tren yang positif. Pada tahun ini, nilai ekspor nikel meningkat sebesar 59,97% dan menyentuh angka US$1,3 miliar. Kenaikan ini menandakan mulai pulihnya pasar global.
Lonjakan terbesar terjadi pada 2022 ketika nilai ekspor naik sebesar 368,14% menjadi US$5,9 miliar. Kenaikan ini mencerminkan tingginya permintaan global terhadap nikel dan meningkatnya kualitas produksi nikel Indonesia pascapandemi.
Tren positif berlanjut pada 2023 dengan peningkatan ekspor nikel mencapai US$6,8 miliar dan meningkat lebih lanjut pada tahun 2024 menjadi US$8,0 miliar. Pertumbuhan ini mencerminkan meningkatnya permintaan global terhadap nikel, terutama untuk kebutuhan industri baja tahan karat dan baterai kendaraan listrik.
Secara keseluruhan, periode 2020-2024 menunjukkan adanya perkembangan pesat sektor ekspor nikel Indonesia. Faktor pendorongnya meliputi tingginya permintaan global, kebijakan hilirisasi mineral yang mendorong peningkatan nilai tambah, serta tren transisi energi yang memerlukan pasokan bahan baku nikel dalam jumlah besar. Ke depan, tantangan yang perlu diwaspadai adalah fluktuasi harga global, persaingan dengan negara produsen lain, serta kebutuhan menjaga keberlanjutan lingkungan dalam kegiatan pertambangan.
Baca Juga: Indonesia Punya Cadangan Nikel Terbesar di Dunia
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/publication/2025/08/07/60d9e9fbe50bcd95323977ba/analisis-komoditas-ekspor--2020-2024--sektor-pertanian--industri--dan-pertambangan.html
