Indonesia masih menghadapi tantangan serius terkait ketersediaan tenaga kesehatan di fasilitas layanan kesehatan primer.
Data terbaru dari Sistem Informasi SDM Kesehatan (SISDMK) per Oktober 2024 mengungkapkan fakta yang memprihatinkan. Dari 10.217 puskesmas di seluruh Indonesia, hampir 41,6% atau setara dengan 4.341 Puskesmas masih belum memiliki sembilan jenis tenaga kesehatan yang dibutuhkan secara lengkap.
"Dari jumlah itu berarti kami masih kekurangan 8.681 tenaga kesehatan. Untuk itu, Kemenkes saat ini melakukan transformasi sistem kesehatan dengan enam pilar. Yakni, layanan primer, referensi, ketahanan kesehatan, SDM kesehatan, dan teknologi kesehatan," papar Dirjen Tenaga Kesehatan Kemenkes RI drg Arianti Anaya MKM mengutip dari Suara Merdeka dalam sambutannya pada Upacara Wisuda Ke-115 Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes Semarang di Aula MAJT, Semarang, Kamis (16/5/2024).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) terkait jumlah distribusi tenaga kesehatan di Indonesia, terlihat adanya ketimpangan yang signifikan dalam proporsi berbagai jenis tenaga kesehatan. Perawat menjadi profesi yang paling dominan dengan proporsi mencapai 38,80% atau sebanyak 582.023 orang, hampir dua kali lipat dari jumlah bidan yang menempati posisi kedua dengan 23,00% (344.928 orang).
Tenaga medis yang menjadi tulang punggung pelayanan kesehatan justru hanya mencakup 12,25% atau 183.694 orang dari total tenaga kesehatan yang ada. Dalam hal ini tenaga medis merujuk pada dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis.
Dalam ranah pendukung layanan kesehatan, tenaga kefarmasian berkontribusi sebesar 8,71% (130.643 orang), diikuti tenaga teknik biomedika dengan 5,34% (80.130 orang). Sementara itu, tenaga kesehatan masyarakat yang berperan penting dalam upaya preventif dan promotif kesehatan hanya memiliki proporsi 3,54% (53.125 orang).
Lebih memprihatinkan lagi, beberapa profesi kesehatan yang juga krusial dalam pelayanan kesehatan komprehensif memiliki proporsi yang sangat kecil. Tenaga keteknisan medis hanya mencapai 3,27% (48.975 orang), tenaga gizi 2,43% (36.400 orang), dan tenaga kesehatan lingkungan 1,65% (24.759 orang).
Tidak hanya itu, jumlah tenaga keterapian fisik juga terbilang minim, hanya 0,90% (13.528 orang), tenaga kesehatan psikologis klinis 0,09% (1.307 orang), dan tenaga kesehatan tradisional yang proporsinya sangat kecil, yaitu 0,03% (447 orang).
Distribusi yang tidak merata ini, khususnya rendahnya persentase tenaga medis yang hanya 12,25%, menunjukkan adanya kesenjangan yang signifikan dalam ketersediaan tenaga kesehatan.
Baca Juga: 10 Provinsi dengan Jumlah Perawat Terbanyak 2023, Jawa Timur Teratas