Biogas dan biometana adalah bahan bakar terbarukan yang semakin populer sebagai alternatif untuk bahan bakar fosil seperti gas alam, listrik, dan bahan bakar minyak. Namun, biogas dan biometana masih memiliki biaya produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar fosil, dan harga jualnya juga masih relatif mahal. Oleh karena itu, dalam banyak kasus, biogas dan biometana masih belum dapat bersaing secara langsung dengan gas alam, listrik, dan bahan bakar minyak di pasar global.
Biaya produksi biogas dan biometana bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti teknologi produksi, bahan baku yang digunakan, dan lokasi produksi. Namun, secara umum, biaya produksi biogas dan biometana lebih tinggi dibandingkan dengan gas alam, listrik, dan bahan bakar minyak. Menurut laporan International Renewable Energy Agency (IRENA), biaya produksi biogas dan biometana di Eropa berkisar antara 0,05 hingga 0,22 USD/kWh pada tahun 2019, sementara harga rata-rata gas alam di Eropa adalah sekitar 0,03 USD/kWh.
Namun, biogas dan biometana memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Kedua jenis bahan bakar ini diproduksi dari bahan baku organik seperti limbah pertanian, limbah makanan, dan kotoran hewan, sehingga dapat mengurangi masalah limbah dan emisi gas rumah kaca. Selain itu, biogas dan biometana juga dapat diproduksi secara terdesentralisasi, yang berarti produksinya dapat dilakukan di tingkat lokal, mengurangi ketergantungan pada pasokan energi luar negeri dan meningkatkan ketahanan energi.
Sementara itu, harga rata-rata gas alam, listrik, dan bahan bakar minyak untuk konsumen rumah tangga di negara-negara OECD bervariasi tergantung pada negara dan wilayahnya. Menurut data dari International Energy Agency (IEA), pada tahun 2020, harga rata-rata gas alam untuk konsumen rumah tangga di negara-negara OECD berkisar antara 0,03 hingga 0,16 USD/kWh, sementara harga rata-rata listrik dan bahan bakar minyak berkisar antara 0,10 hingga 0,40 USD/kWh.