Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon meragukan adanya peristiwa pemerkosaan massal dalam kerusuhan Mei 1998. Dirinya dibanjiri kecaman warganet usai melontarkan opini kontroversial yang menyebut peristiwa tersebut hanyalah rumor. Fadli Zon menyebut tidak ada bukti tertulis dalam buku sejarah mengenai peristiwa tersebut. Oleh karena itu, pemerintah berupaya menulis ulang sejarah untuk mengklarifikasi rumor-rumor yang dianggap sebagai fakta, termasuk tragedi pemerkosaan massal.
"Pemerkosaan massal kata siapa itu? Enggak pernah ada proof-nya. Itu adalah cerita. Kalau ada, tunjukkan, ada enggak di dalam buku sejarah itu? Enggak pernah ada. Rumor-rumor seperti itu, menurut saya tidak akan menyelesaikan persoalan," kata Fadli Zon dalam wawancara khusus tentang penulisan ulang dan revisi buku sejarah bersama jurnalis senior IDN Times, Uni Zulfiani Lubis pada Selasa (10/6/2025).
Pernyataan Fadli Zon ini berseberangan dengan temuan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Kerusuhan Mei 1998 yang beranggotakan unsur-unsur pemerintah, Komnas HAM, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi sipil lainnya. Pada bulan Juli 1998, Presiden B.J. Habibie kala itu membentuk TGPF dengan tugas menyelidiki tentang kerusuhan Mei 1998. Dalam penyelidikannya, TGPF menemukan adanya tindak kekerasan seksual terhadap perempuan di Jakarta dan sekitarnya, Medan, Palembang, Surabaya serta Solo.
Menurut temuan TGPF, kasus kekerasan seksual dalam kerusuhan Mei 1998 terjadi di dalam rumah, di jalan, dan tempat usaha. Sebagian besar kasusnya berupa gang rape, di mana korban diperkosa oleh sejumlah orang secara bergantian pada waktu yang sama. Kebanyakan kasus perkosaan juga dilakukan di hadapan orang lain.
Sontak pernyataan Fadli Zon ini pun menuai kecaman dari banyak aktivis perempuan, salah satunya pendamping korban pemerkosaan massal terhadap perempuan etnis China dalam Kerusuhan Mei 1998, yaitu Ita Fatia Nadia. Ita menilai bahwa pernyataan Fadli tersebut merupakan bentuk penyangkalan sejarah dan kebohongan terhadap publik yang melukai hati para penyintas serta menyesatkan generasi baru.
“Saya ingin menyatakan kepada teman-teman bahwa apa yang dikatakan oleh Fadli Zon tentang itu bohong dan rumor, telah menyalahi fakta sejarah yang terjadi pada bulan Mei 1998,” kata Ita dalam konferensi pers yang digelar Jumat (13/6/2025), dikutip dari Tempo.
Pernyataan Fadli Zon, menurut Ita, mengingkari fakta sejarah yang telah didokumentasikan secara resmi. Ia juga membantah pernyataan Fadli Zon soal tidak ada catatan dalam buku sejarah ihwal peristiwa tersebut. Catatan itu, kata dia, tertuang dalam buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid 6 halaman 609, serta laporan TGPF yang dibentuk pasca-reformasi.
Dalam laporannya, TGPF menyebutkan bahwa tidak semua korban kekerasan seksual dalam kerusuhan Mei 1988 berasal dari etnis China, tetapi sebagian besar kasus diderita oleh perempuan etnis China. Korban kekerasan seksual ini pun bersifat lintas kelas sosial.
Berikut rincian jumlah korban perkosaan dan kekerasan seksual lainnya dalam kerusuhan Mei 1998, dalam laporan yang telah diverifikasi TGPF:
Korban perkosaan: 52 orang
- Korban yang didengar langsung: 3 orang
- Korban yang diperiksa dokter secara medis: 9 orang
- Korban yang diperoleh keterangan dari orang tua korban: 3 orang
- Korban yang diperoleh melalui saksi (perawat, psikiater, psikolog): 10 orang
- Korban yang diperoleh melalui kesaksian rohaniawan/pendamping (konselor): 27 orang
Korban perkosaan dengan penganiayaan: 14 orang
- Korban yang diperoleh dari keterangan dokter: 3 orang
- Korban yang diperoleh dari keterangan saksi mata (keluarga): 10 orang
- Korban yang diperoleh dari keterangan konselor: 1 orang
Korban penyerangan/penganiayaan seksual: 10 orang
- Korban yang diperoleh dari keterangan korban: 3 orang
- Korban yang diperoleh dari keterangan rohaniawan: 3 orang
- Korban yang diperoleh dari keterangan saksi (keluarga): 3 orang
- Korban yang diperoleh dari keterangan dokter : 1 orang
Korban pelecehan seksual: 9 orang
- Korban yang diperoleh dari keterangan korban: 1 orang
- Korban yang diperoleh dari keterangan saksi: 8 orang (dari Jakarta)
Baca Juga: September Hitam: Ragam Peristiwa dan Tragedi Hitamkan September