Tindakan kriminalitas bukan lagi hal asing dalam masyarakat. Maraknya tindak kriminalitas tidak hanya merugikan korban secara langsung tetapi juga mengurangi rasa aman dan kepercayaan. Ini bukan sekadar pelanggaran hukum, melainkan cerminan dari berbagai permasalahan mendalam seperti ketimpangan ekonomi, kegagalan sistem pendidikan, hingga retaknya nilai-nilai sosial.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan merilis data tingkat kriminalitas di seluruh Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan pada tahun 2024. Data ini mencakup jumlah kejahatan umum yang dilaporkan menurut Kepolisian Resor di Provinsi Sulawesi Selatan.
Kota Makassar muncul sebagai daerah dengan tingkat kriminalitas tertinggi di Sulawesi Selatan yakni sebanyak 7.671 kejahatan yang dilaporkan. Kota Makassar merupakan salah satu pusat pertumbuhan ekonomi dan magnet urbanisasi di Sulawesi Selatan. Peningkatan jumlah penduduk yang pesat jika tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja dan fasilitas yang memadai seringkali menjadi pemicu bagi individu untuk terjerumus ke dalam tindak kejahatan ini.
Urutan kedua dipegang oleh Kabupaten Gowa dengan total 1.725 kejahatan yang dilaporkan. Meskipun angka kriminalitas di Kabupaten Gowa menunjukkan adanya penurunan dalam beberapa periode terakhir berkat upaya kepolisian, tetap ada faktor-faktor mendasar yang sering dikaitkan dengan terjadinya tindak kriminalitas di wilayah ini. Salah satu pendorong utama adalah faktor ekonomi, seperti tingginya tingkat pengangguran dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Wilayah dengan jumlah kejahatan tertinggi berikutnya di Sulawesi Selatan adalah Kabupaten Bone dengan 1.573 kejahatan. Daerah yang dikenal dengan julukan Bumi Arung Palakka ini memiliki keindahan alam yang tak kalah memukau seperti Goa Mampu, Air Terjun Barutting'e, dan Tanjung Pallette. Namun, di balik pesona tersebut, Kabupaten Bone juga menghadapi tantangan terkait kriminalitas. Meskipun tidak selalu berada di puncak daftar kasus kejahatan di Sulawesi Selatan, berbagai jenis tindak pidana tetap menjadi perhatian.
Posisi keempat diisi oleh Kabupaten Bulukumba, yang dikenal sebagai Bumi Panrita Lopi, sebuah julukan yang melekat karena keahlian masyarakatnya dalam membuat kapal tradisional Pinisi yang melegenda dan diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia. Di balik semua itu, Bulukumba juga menghadapi tantangan kriminalitas yakni 1.452 kejahatan.
Beberapa wilayah menyusul di posisi berikutnya, Kabupaten Pinrang mengisi posisi kelima dengan 1.207 kasus kejahatan. Kemudian, Kota Palopo menempati urutan keenam dengan 1.102 kejahatan yang dilaporkan. Di posisi ketujuh, ada Kabupaten Luwu dengan 1.034 kasus, sedangkan Kabupaten Luwu Utara berada di urutan kedelapan dengan 771 kejahatan. Kabupaten Maros menempati posisi kesembilan dengan 751 laporan kejahatan, dan terakhir di urutan kesepuluh adalah Kabupaten Takalar dengan 617 kasus.
Baca Juga: Isu Pekerjaan Jadi Prioritas Warga Muslim Indonesia