Hutan merupakan penopang ekosistem kehidupan yang ada di muka bumi. Setiap tahunnya dunia merayakan Hari Hutan Sedunia pada 21 Maret. Perayaan ini diawali oleh resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2012.
Hutan Indonesia memiliki peran penting tidak hanya bagi Indonesia sendiri namun juga bagi dunia, karena Indonesia merupakan salah satu negara dengan hutan hujan tropis terbesar di dunia. Sayangnya hutan Indonesia kini perlahan-lahan mulai rusak, salah faktor penyebabnya adalah kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Salah satu hal yang paling berbahaya dari karhutla adalah emisi CO2 yang dihasilkan.
Berdasarkan data Sistem Pemantauan karhutla (SiPongi), pada tahun 2015 emisi CO2 Indonesia dari karhutla merupakan yang tertinggi selama satu dekade terakhir, pada tahun ini Indonesia menghasilkan 954.129.576 ton CO2e karena karhutla. Tahun 2016 emisi dari karhutla mengalami penurunan ke angka 128.730.369 ton CO2e. Tren penurunan masih berlanjut di tahun 2017, emisi akibat karhutla menurun jadi 24.661.563 ton CO2e, jadi yang kedua terendah selama satu dekade.
Memasuki tahun 2018 emisi dari karhutla melonjak naik ke 162.753.073 ton CO2e. Pada tahun 2019 emisi CO2 akibat karhutla kembali meningkat, kali ini meroket jadi 624.163.985 ton CO2e.
Memasuki tahun 2020, angka emisi CO2 dari karhutla menurun drastis ke angka 40.204.854 ton CO2e. Tahun 2021, emisi CO2 meningkat perlahan menjadi 46.465.267 ton CO2e. Pada tahun 2022, emisi CO2 dari karhutla menyentuh angka terendah selama satu dekade terakhir yaitu sebesar 23.531.845 ton CO2e.
Pada tahun 2023, angka emisi CO2 kembali meroket naik menjadi 182.714.438 ton CO2e. Terakhir, pada tahun 2024 emisi CO2 dari karhutla dapat membaik ke angka 53.527.407,00 ton CO2e.
Baca Juga: Ramah Lingkungan, Inilah Jajaran Negara dengan Emisi Karbon Terendah di Dunia