Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area dengan fungsi ekologis dan sosial di tengah lingkungan perkotaan. Area ini bersifat terbuka yang ditumbuhi vegetasi, baik yang tumbuh secara alami maupun yang sengaja ditanam.
Selain mampu meningkatkan kualitas udara di dalam kota dan meredam kebisingan hingga 80%, RTH juga memiliki beragam fungsi dan manfaat lainnya seperti fungsi sosial untuk menyediakan wadah bagi masyarakat untuk bersosialisasi di luar ruangan, ataupun fungsi estetika untuk memperindah pemandangan kota.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) telah mencatat luas RTH dari masing-masing provinsi Indonesia tahun 2024. Berdasarkan catatan tersebut ditemukan kabupaten/kota dengan persentase RTH per luas kota terbesar.
Sebagai informasi, perhitungan ini dilakukan dengan membagi luas RTH dengan luas wilayah. Menurut UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, RTH harus mencakup minimal 30% dari total luas wilayah kota, dengan proporsi 20% untuk ruang terbuka hijau publik dan 10% untuk ruang terbuka hijau privat.
Posisi pertama dipegang oleh Kota Surabaya, Jawa Timur. Surabaya mengantongi proporsi sebesar 359,10%. Capaian ini menjadi yang tertinggi dibandingkan kota lain di seluruh Indonesia.
Kabupaten Lebong, Bengkulu menempati urutan selanjutnya sebagai persentase RTH terbesar dengan torehan 72,93%. Diikuti oleh Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan yang mengantongi proporsi 60,78%.
Selanjutnya Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan memiliki RTH sebesar 48,24% dari total luas kota. Terakhir, di posisi kelima terdapat Kota Bontang, Kalimantan Timur dengan persentase RTH sebesar 48,08%.
RTH merupakan solusi inovatif untuk berbagai permasalahan lingkungan di tengah kota. Pembangunan RTH yang baik tidak hanya mengurangi masalah lingkungan, tetapi juga dapat memperbaiki kualitas hidup masyarakat di tengah kota.
Baca Juga: Ini Dia Strategi Utama Pebisnis dalam Hadapi Transisi Hijau
