Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa transaksi perdagangan impor Indonesia pada 2023 sebagian besar dilakukan melalui moda transportasi laut. Nilai impornya mencapai 90,66% atau setara US$201.151,5 juta terhadap total keseluruhan yang sebesar US$221.886,2 juta.
Moda transportasi laut lebih banyak digunakan mengingat kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Selain itu, jalur laut juga mampu mengangkut barang dalam jumlah besar dibandingkan moda transportasi udara atau darat dengan biaya angkut yang lebih murah.
Mengingat aktivitas perdagangan internasional didominasi oleh rute laut, pelabuhan bongkar utama barang impor pun mayoritas dilakukan di pelabuhan laut. Dari lima pelabuhan bongkar utama, hanya ada satu pelabuhan udara, sisanya pelabuhan laut.
Pada 2023, tempat masuknya barang impor paling banyak masih berada di Pelabuhan Tanjung Priok. Nilai impornya juga paling tinggi, yaitu mencapai 37,36% dari total impor nasional atau senilai US$82.894,1 juta.
Pelabuhan bongkar utama dengan nilai tertinggi berikutnya adalah Pelabuhan Tanjung Perak dengan nilai impor sebesar 8,56% atau senilai US$18.998,4 juta. Posisi ketiga diraih oleh Bandara Soekarno Hatta/Cengkareng yang meraup nilai US$17.479,8 juta atau setara 7,88%.
Dua pelabuhan bongkar utama selanjutnya adalah Pelabuhan Batu Ampar dan Morowali, masing-masing mempunyai nilai impor sebesar US$9.343,4 juta (4,21%) dan US$8.612,8 juta (3,88%).
Sementara itu, nilai impor di luar lima pelabuhan bongkar utama tersebut mencapai US$90.020,2 juta atau 38,11% dari total nilai impor keseluruhan.
Mengingat nilai impor Indonesia menurun pada 2023, nilai impor di masing-masing pelabuhan bongkar utama pun turut berkurang, kecuali Pelabuhan Tanjung Perak dan Batu Ampar.
Nilai impor di Pelabuhan Tanjung Priok menurun 7,3% dibandingkan periode sebelumnya, sementara Bandara Soekarno Hatta/Cengkareng menurun 6,94% dan Pelabuhan Morowali menurun 14,25%.
Nilai impor di luar lima pelabuhan utama tersebut juga menurun terhadap 2022, yakni sebesar 8,10%.
Selain penurunan nilai impor, yang perlu dicatat di sini adalah fakta bahwa aktivitas impor Indonesia pada 2023 utamanya masih ditunjang oleh pelabuhan bongkar di Pulau Jawa. Hal ini menyebabkan harga barang yang didistribusikan ke wilayah timur Indonesia menjadi lebih mahal.
Oleh karenanya, pemerintah juga mesti memperhatikan infrastruktur pelabuhan di wilayah lain, seperti di bagian timur agar pintu masuk barang impor bisa lebih merata ke depannya.
Baca Juga: Nilai Impor Indonesia Mengalami Penurunan di Maret 2024