Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat bahwa angka harapan hidup manusia terus meningkat, dari 46,4 tahun pada 1950 menjadi 73,3 tahun pada 2024. Namun, terlepas dari tren positif tersebut, terdapat beberapa penyakit yang masih mengancam nyawa masyarakat global. Terlebih lagi, ancaman ganas yang tidak dapat diprediksi mungkin sekali terjadi, contohnya COVID-19.
World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa COVID-19 menjadi penyebab kematian utama penduduk Indonesia pada 2021. Jumlah kematian yang diakibatkan oleh virus tersebut mencapai 211 kasus per 100 ribu penduduk. COVID-19 bahkan bertengger di urutan kedua sebagai penyebab kematian tertinggi di dunia, menggeser berbagai penyakit lain yang dikenal mematikan.
Melansir data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), tercatat ada 6,4 juta kasus terkonfirmasi positif di dalam negeri, 157 ribu di antaranya berakhir meninggal dunia. Total kematian di Indonesia bahkan sempat menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara.
Menyusul COVID-19, stroke menempati posisi kedua dengan jumlah kematian mencapai 141 per 100 ribu penduduk. Secara global, penyakit ini bertanggung jawab atas 10% total kematian penduduk dunia.
Stroke umumnya dilatarbelakangi oleh gaya hidup yang kurang sehat, seperti merokok dan mengonsumsi makanan tinggi lemak. Di samping itu, kendati lebih umum menyerang kelompok usia 45-74 tahun, tidak jarang kalangan muda, tepatnya 15-24 tahun, juga rentan mengidap penyakit ini.
Penyakit jantung iskemik menduduki urutan ketiga dengan jumlah kematian sebanyak 90 per 100 ribu penduduk. Dalam skala global, penyakit ini berada di puncak daftar lantaran menjadi pemicu 13% kematian penduduk dunia. Faktor risiko terbesar penyakit jantung sistemik meliputi tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, dan obesitas.
Tuberkulosis (TBC) dan sirosis hati mengisi posisi keempat dan kelima, masing-masing menewaskan 49 dan 31 jiwa per 100 penduduk. Kedua penyakit tersebut disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat, seperti mengonsumsi minuman beralkohol dan merokok.
Adapun sepuluh besar penyebab kematian tertinggi di Indonesia secara berurutan dilanjutkan oleh penyakit paru-paru obstruktif kronis, diabetes melitus, hipertensi, diare, dan ginjal. Secara keseluruhan, kematian di Indonesia mayoritas dipicu oleh penyakit tidak menular atau kronis (52,2%), lalu diikuti penyakit menular (34,7%), dan cedera (3,1%).
Sementara itu, WHO menegaskan pentingnya mengetahui penyebab kematian teratas di suatu negara demi memperbaiki cara hidup masyarakat. Mengukur jumlah kematian setiap tahun membantu negara dalam menilai efektivitas sistem kesehatan serta mengalokasikan sumber daya ke sektor yang tepat.
Baca Juga: Melihat Angka Kematian Bayi di Indonesia, Apa Kaitannya dengan Kunjungan Neonatal?