Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Kalimantan Utara memiliki potensi habitat mangrove terluas di Indonesia pada tahun 2024, yaitu mencapai 136,5 ribu hektare (ha). Angka ini menempatkan Kalimantan Utara sebagai wilayah dengan ekosistem mangrove paling potensial di tanah air.
Bangku berikutnya ditempati oleh Sulawesi Selatan dengan luas area 124,6 ribu ha, disusul oleh Kalimantan Timur dengan angka 110,9 ribu ha.
Dengan luas yang terpaut jauh dari tiga peringkat sebelumnya, Sumatra Selatan menduduki urutan keempat sekaligus sebagai provinsi pertama dari Pulau Sumatra dengan luas potensi habitat mangrove di provinsi ini sebesar 44 ribu ha.
Sejumlah provinsi besar di Jawa juga masuk dalam daftar ini. Jawa Timur (43,8 ribu ha), Jawa Tengah (42,9 ribu ha), dan Jawa Barat (39 ribu ha) tercatat menduduki bangku berikutnya sebagai wilayah dengan potensi habitat mangrove terluas di Indonesia.
Kembali ke Pulau Kalimantan, Kalimantan Selatan mengisi peringkat selanjutnya dengan luas area potensi mangrove sebesar 31,5 ribu ha. Adapun bangku kesembilan ditempati oleh Sulawesi Tenggara dengan angka 29 ribu ha.
Berselisih tipis dengan Sulawesi Tenggara, Aceh menutup pemeringkatan sepuluh provinsi dengan potensi habitat mangrove terluas di Indonesia pada tahun 2024 ini dengan area 28,9 ribu ha.
Secara keseluruhan, data ini memperlihatkan bahwa ekosistem mangrove Indonesia tidak hanya terkonsentrasi di satu pulau, tetapi tersebar merata di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa.
Meski begitu, tidak adanya provinsi asal wilayah timur Indonesia menandakan bahwa potensi mangrove di kawasan tersebut cenderung sudah berada dalam tahap konservasi matang atau tidak lagi masuk kategori potensi.
Hal tersebut dibuktikan oleh Papua Selatan sebagai provinsi dengan area mangrove eksisting terluas pada tahun 2024, dengan capaian 624,1 ribu ha, diikuti oleh Papua Barat dengan angka 326,6 ribu ha dan Papua Tengah dengan luas 303,8 ribu ha.
Adapun fakta ini sekaligus menegaskan bagaimana wilayah timur Indonesia memainkan peran sebagai penyangga ekologi yang stabil dan tidak lagi sebagai area ekspansi potensi baru.
“Mangrove bukan hanya pohon. Ia adalah paru-paru pesisir dan benteng hidup dari abrasi serta intrusi air laut. Namun, semua itu bisa sia-sia bila kita masih tega membuang sampah sembarangan, menutup lentisel mangrove, dan mencekik napasnya,” ucap Wakil Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia (RI) Diaz Hendropiyono dalam sambutannya pada kegiatan penanaman 120 ribu bibit mangrove di Gresik, Jawa Timur, Rabu (18/6/2025).
Baca Juga: Simak Target Rehabilitasi Mangrove Indonesia Hingga 2045
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/publication/2025/11/28/5533ef5bf73b9dd7bc5475ee/statistik-lingkungan-hidup-indonesia-2025.html
