Banyak masyarakat Indonesia yang semakin menyadari bahwa integrasi kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi di lingkungan kerja akan membawa perubahan besar dalam dunia kerja. Tidak hanya berdampak positif, fenomena ini juga menimbulkan kekhawatiran akan potensi berkurangnya lapangan kerja.
Berdasarkan hasil riset Populix, 72% responden merasa khawatir dengan teknologi karena merasa teknologi mampu bekerja lebih baik, cepat, dan juga murah. Otomatisasi teknologi pun berpotensi besar menggeser peran manusia dalam dunia kerja.
Selain itu, 62% responden mengaku khawatir karena tidak mampu bersaing dengan teknologi yang mampu bekerja 24/7 tanpa henti. Kompetisi dengan mesin yang tidak mengenal lelah menjadi tantangan serius terutama bagi pekerja yang mengandalkan keterampilan manual.
Risiko AI yang semakin canggih juga menjadi ancaman bagi 60% responden. Semakin maju teknologi, semakin besar pula potensi ancaman yang dirasakan baik dari segi keamanan maupun stabilitas pekerjaan.
Teknologi yang canggih juga dikhawatirkan akan meningkatkan kemiskinan, ketimpangan ekonomi dan ketidakstabilan sosial. Kecemasan ini mencerminkan kekhawatiran masyarakat pada dampak jangka panjang otomatisasi, yang dapat memperluas jurang ketimpangan ekonomi.
Sekitar 46% responden juga mengaku khawatir akan keterampilannya yang tidak bisa bersaing dengan teknologi dan 32% responden merasa tidak bisa berkontribusi bagi masyarakat.
Perkembangan AI memang membawa angin segar bagi berbagai sektor, namun juga menimbulkan kekhawatiran akan masa depan pekerjaan. Meskipun berpotensi menggantikan banyak pekerjaan, tidak dapat dipungkiri bahwa AI juga menciptakan peluang baru di berbagai sektor yang mempermudah pekerjaan manusia.
Kunci kesuksesan di era AI adalah kemampuan untuk beradaptasi dan terus belajar. Pemerintah, perusahaan, dan individu perlu bekerja sama untuk memastikan transisi yang adil dan merata dalam menghadapi adanya perubahan ini.
Pendidikan dan pelatihan yang tepat akan jadi fondasi bagi generasi mendatang untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh AI. Sebagai respon terhadap pertumbuhan teknologi yang masif ini, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mengusulkan penambahan mata pelajaran coding dan AI dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
Tujuan dari usulan ini untuk mempersiapkan generasi muda di Indonesia dalam menghadapi era digital dan mampu bersaing di tingkat global. Kemendikbud menyambut positif usulan ini untuk memasukkan mata pelajaran coding dan AI sebagai mata pelajaran pilihan dalam kurikulum pendidikan di tingkat sekolah dasar SD dan menengah pertama SMP.