Permintaan frozen food di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Ketua Umum Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI), Hasanuddin Yasni, nilai pasar makanan beku di tanah air sudah tembus lebih dari Rp200 triliun pada tahun 2024.
Hal ini menjadi cerminan perubahan pola konsumsi masyarakat yang semakin mengutamakan kepraktisan. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Jakpat, sejumlah alasan utama muncul sebagai faktor dominan yang memengaruhi keputusan masyarakat dalam membeli dan mengonsumsi makanan beku.
Kemudahan penyajian menjadi alasan utama yang menarik perhatian konsumen, dengan 86% responden menyebut aspek ini sebagai faktor penting. Frozen food menawarkan solusi praktis bagi masyarakat modern yang sering kali dihadapkan pada keterbatasan waktu, baik untuk memasak maupun menyajikan makanan.
Produk ini juga didukung oleh kemudahan penyimpanan, yang dipilih oleh 72% responden. Dengan hanya memerlukan ruang dalam freezer, makanan beku dapat disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama tanpa mengurangi kualitasnya.
Ketahanan produk menjadi daya tarik lain, dengan 65% responden mengakui bahwa masa simpan yang lama adalah salah satu keunggulan utama frozen food. Hal ini memberikan rasa aman bagi konsumen yang ingin menyimpan makanan cadangan untuk berbagai keperluan.
Selain itu, cita rasa yang enak juga menjadi alasan signifikan, sebagaimana disampaikan oleh 54% responden. Variasi produk makanan beku yang terus berkembang turut mendukung persepsi positif ini. Pilihan yang beragam menjadi daya tarik bagi 40% responden, memungkinkan konsumen untuk menemukan produk yang sesuai dengan selera mereka.
Menariknya, harga yang relatif murah hanya dipandang penting bagi 26% responden. Sementara itu, 23% responden menyebut bahwa frozen food sering dijadikan bekal praktis saat liburan atau perjalanan, berkat sifatnya yang mudah diolah dan dibawa.
Survei ini dilakukan pada 7–8 November 2024 dengan melibatkan 1.245 responden dari berbagai generasi. Sebanyak 35% responden adalah Gen Z (15–27 tahun), 45% milenial (28–43 tahun), dan 20% Gen X (44–49 tahun). Dengan margin of error di bawah 5%, data ini cukup merepresentasikan kebiasaan masyarakat Indonesia terkait pola konsumsi makanan beku.
Baca Juga: 87% Warga Indonesia Pilih Nugget sebagai Daging Olahan Beku Favorit