Pada debat capres ketiga Minggu (7/1/2024) lalu, calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan, menyampaikan gagasannya untuk membangun rumah kebudayaan Indonesia di berbagai wilayah di seluruh dunia. Hal ini menjadi upaya untuk memperkuat diplomasi kebudayaan Indonesia di kancah internasional.
“Kita ingin membangun rumah kebudayaan Indonesia di tiap-tiap region di seluruh dunia, sehingga kita akan memiliki satu tempat dimana Indonesia menunjukkan karya budayanya,” jelas Anies.
Anies menambahkan, kebudayaan tidak sekadar menjadi komoditas perekomonian, tetapi juga dapat membawa nilai karya budaya Indonesia ke tingkat global dengan melibatkan seluruh diaspora.
Melansir Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) Indonesia pada 2022 adalah sebesar 55,13. Angka ini mengalami peningkatan 3,23 poin dibanding tahun sebelumnya. Akan tetapi, skor 2022 masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan skor pada 2019 sebesar 55,19.
IPK merupakan instrumen yang menjadi indikator atas kemajuan pembangunan kebudayaan Indonesia. Aspek yang menyusun IPK antara lain, kondisi ekonomi budaya, pendidikan, ketahanan sosial budaya, warisan budaya, ekspresi budaya, budaya literasi, dan gender.
Aspek pendidikan tercatat sebagai indikator dengan skor tertinggi, yakni 72,53. Sementara itu, aspek ekonomi budaya mendapatkan skor terendah pada 2022, yaitu hanya sebesar 26,88. Hal ini menunjukkan masih sangat rendahnya keterlibatan budaya sebagai sumber penghasilan utama masyarakat.
Diplomasi budaya merupakan salah satu diplomasi soft-power dengan tujuan memperkenalkan budaya negara ke dunia serta melindungi kepentingan nasional melalui dimensi budaya.
Beberapa aspek mikro yang termasuk dalam agenda diplomasi kebudayaan antara lain, kesenian, ilmu pengetahuan, mau pun olahraga. Diplomasi melalui kebudayaan ini dapat memperkuat posisi suatu negara di forum internasional. Oleh karena itu, dukungan dan penguatan budaya nasional menjadi hal yang harus terus digenjot pemerintah.