Asia mendominasi daftar aglomerasi perkotaan terbesar di dunia. Aglomerasi sendiri merupakan kawasan padat penduduk mencakup kota inti dan wilayah sekitarnya (kota satelit), yang membentuk satu kawasan metropolitan.
Menurut City Population, wilayah aglomerasi dengan populasi tertinggi pada 2025 dipegang oleh Guangzhou (termasuk Dongguan, Foshan, Huizhou, Jiangmen, Shenzhen, Zhongshan) dengan 72,7 juta jiwa, diikuti oleh Shanghai (termasuk Changshu, Changzhou, Suzhou, Wuxi) dan Tokyo (termasuk Chiba, Kawasaki, Maebashi, Sagamihara, Saitama, Utsunomiya, Yokohama) dengan masing-masing lebih dari 41 juta jiwa. Delhi (termasuk Faridabad, Ghaziabad, Gurgaon) mengisi urutan keempat dengan 35,7 juta jiwa.
Data ini menunjukkan dominasi benua Asia dalam hal konsentrasi penduduk di wilayah perkotaan. Dari 10 kota dalam daftar, 9 di antaranya berasal dari Asia, mencakup negara-negara seperti China (Guangzhou, Shanghai), Jepang (Tokyo), India (Delhi dan Mumbai), Indonesia (Jakarta), Filipina (Manila), Korea Selatan (Seoul), dan Bangladesh (Dacca). Hanya satu kota dari luar Asia yang masuk dalam daftar, yaitu Meksiko (Mexico City) dari Amerika Utara.
Hal ini mencerminkan pertumbuhan urbanisasi yang pesat di Asia, yang juga merupakan benua dengan populasi terbanyak di dunia. Tiongkok sendiri menempatkan dua kotanya di posisi teratas, menandakan konsentrasi urbanisasi dan pembangunan ekonomi yang tinggi.
Metropolitan Jakarta menempati posisi kelima dengan jumlah populasi 29,5 juta jiwa. Jakarta merupakan pusat kegiatan ekonomi nasional, politik, dan kebudayaan, masuk ke dalam kategori aglomerasi yang berarti populasi pada kota satelit seperti Bekasi, Bogor, Depok, Tangerang, dan Tangerang Selatan turut dihitung. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), kepadatan penduduk DKI Jakarta menempati peringkat pertama di Indonesia, yaitu 16.155 penduduk per km persegi.
Menurut Dirjen Perumahan Kementerian PUPR, pertumbuhan penduduk mendorong urbanisasi dan perkembangan kota kecil hingga sedang di Indonesia. Pada 2045, diperkirakan 72,8% masyarakat tinggal di perkotaan, dan hampir 90% penduduk Jawa ada di wilayah urban. Pembangunan rumah susun menjadi kunci untuk mengatasi dampak urbanisasi dan solusi hunian bagi MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah).