Infrastruktur transportasi publik di Indonesia mengalami kemajuan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pembangunan jaringan kereta api hingga pengoperasian bus raya terpadu menjadi bukti keseriusan pemerintah dalam memfasilitasi kebutuhan mobilisasi masyarakat.
Kendati aksesibilitas transportasi publik kian membaik, sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di perkotaan, masih lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi untuk menunjang pergerakan harian mereka.
Hasil survei terbaru yang dirilis Jakpat mengungkapkan bahwa responden yang menggunakan transportasi umum (transum) untuk mobilisasi sehari-hari hanya sebesar 38%. Di lain sisi, mayoritas responden mengaku masih menggunakan kendaraan pribadi untuk bepergian, terutama sepeda motor.
Lebih hemat biaya merupakan alasan terbesar mengapa responden lebih senang bepergian dengan transum, terlebih bagi generasi X dan Z. Persentasenya menyentuh angka 42%. Menariknya, mahalnya biaya bahan bakar dan biaya tambahan lainnya menjadi persoalan yang jamak dikeluhkan oleh responden pengguna kendaraan pribadi, masing-masing sebesar 43% dan 41%.
Hal ini juga tercermin ketika setiap responden ditanya kisaran pengeluaran bulanan untuk transportasi mereka. Lebih dari 50% pengguna transum menghabiskan kurang dari Rp250 ribu setiap bulannya, sedangkan untuk pengguna kendaraan pribadi hanya 44% yang pengeluarannya di bawah Rp250 ribu.
Sementara itu, satu dari tiga pengguna kendaraan pribadi mengaku menghabiskan Rp250 ribu sampai Rp500 ribu per bulan untuk transportasi.
Responden pengguna transum dengan rentang pengeluaran Rp500 ribu hingga Rp1 juta per bulan hanya 13%, sementara pengguna kendaraan pribadi sedikit lebih banyak, yaitu 15%. Rentang pengeluaran Rp1 juta sampai Rp2,5 juta per bulan juga lebih banyak menimpa pengguna kendaraan pribadi, yaitu 6%, sementara pengguna transum hanya 3%.
Ada pengguna kendaraan pribadi yang bahkan menghabiskan biaya sampai Rp5 juta per bulan, meskipun hanya 1%. Hasil survei ini membuktikan bahwa memakai transum bisa lebih ekonomis dibandingkan kendaraan pribadi.
Survei Jakpat yang bertujuan untuk menilik pola perilaku pengguna kendaraan ini melibatkan 2.299 responden yang tinggal di Jabodetabek (31%), Pulau Jawa (52%), dan kota-kota besar di luar Pulau Jawa (17%).
Responden berasal dari berbagai kelas sosial dan latar belakang yang terdiri dari generasi Z (37%), milenial (41%), dan X (22%). Survei dilakukan secara daring melalui aplikasi Jakpat pada 5-9 September 2024 dengan margin of error di bawah 5%.
Baca Juga: 10 Kota dengan Transportasi Paling Ramah Lingkungan di Dunia