International Institute for Management Development (IMD) setiap tahunnya mempublikasikan Indeks Kota Pintar. Adapun kriteria penilaiannya meliputi aspek ekonomi, teknologi, dan dimensi kemanusiaan (kualitas hidup, lingkungan, dan inklusivitas).
Sejak 2019, survei IMD melibatkan warga dan pengumpulan data di 142 kota di seluruh dunia. Indeks ini semakin mendekati pengakuan internasional sebagai alat penyusun kebijakan lantaran menarik perhatian media global.
Lebih lanjut, Indeks Kota Pintar mengukur berbagai aspek yang mencakup ekonomi, teknologi, kualitas hidup, lingkungan, hingga inklusivitas. Dalam segi ekonomi dan teknologi, indeks ini menilai bagaimana kota-kota memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi, inovasi, dan daya saing ekonomi mereka.
Sementara itu, dimensi kemanusiaan fokus pada bagaimana teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup warga, termasuk akses ke layanan kesehatan, pendidikan, lingkungan yang bersih, dan inklusivitas sosial.
Indeks Kota Pintar tidak hanya menjadi alat pengukuran, tetapi juga berfungsi sebagai panduan praktis bagi pembuat kebijakan. Dengan data yang komprehensif dan analisis mendalam, kota-kota dapat mengidentifikasi area yang membutuhkan perbaikan dan merumuskan strategi untuk meningkatkan kualitas hidup warganya. Selain itu, dengan pengakuan internasional yang terus berkembang, indeks ini juga membantu kota dalam menarik investasi dan perhatian internasional.
Berdasarkan peringkatnya, Zurich, Oslo, dan Canberra bertahan menempati posisi tiga besar sejak tahun 2023. Peringkat selanjutnya disusul oleh Geneva dan Singapura. Singapura menjadi satu-satunya negara di kawasan Asia yang masuk ke dalam top 10 smart city menurut indeks tersebut.
Terdapat tiga kota di Indonesia yang masuk dalam daftar smart city, yaitu Jakarta, Medan, dan Makassar. Masing-masing berada pada peringkat 103, 112, dan115.
Kota-kota yang berada di peringkat atas dalam Indeks Kota Pintar menunjukkan keseimbangan yang baik antara kemajuan teknologi dan peningkatan kualitas hidup warganya.
Misalnya, mereka memiliki sistem transportasi yang efisien, layanan kesehatan yang mudah diakses, lingkungan yang bersih, dan kebijakan yang mendukung inklusivitas sosial. Dengan demikian, indeks ini mendorong kota untuk tidak hanya berfokus pada teknologi semata, tetapi juga pada bagaimana teknologi tersebut dapat digunakan untuk kebaikan bersama.