Selama enam tahun terakhir, tren nilai impor kendaraan bermotor di Indonesia mengalami pergeseran yang signifikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor kendaraan bermotor penumpang menurut negara asal utama—berdasarkan skema CIF (Cost, Insurance, and Freight)—menunjukkan bahwa China secara resmi melampaui Jepang sebagai negara asal kendaraan impor terbesar ke Indonesia pada tahun 2024.
Pada tahun 2019, Jepang masih mendominasi pasar impor kendaraan bermotor ke Indonesia dengan nilai mencapai US$1.120,6 juta, sementara China berada jauh di bawahnya dengan nilai US$204,7 juta. Namun, situasi ini berubah drastis dalam beberapa tahun terakhir.
Pandemi Covid-19 sempat menurunkan nilai impor dari kedua negara pada 2020, di mana impor dari Jepang turun tajam menjadi US$430,2 juta, dan dari China menjadi US$133 juta. Namun pasca-pandemi, khususnya sejak 2021, impor dari China mulai menunjukkan tren peningkatan yang sangat tajam.
Pada 2021, nilai impor kendaraan dari China meningkat menjadi US$382,8 juta, dan terus melonjak menjadi US$832,6 juta di tahun 2022. Tahun 2023 mencatat kenaikan lanjutan menjadi US$888,5 juta, sebelum akhirnya mencapai puncak pada 2024 dengan nilai US$1.992,0 juta, tertinggi selama enam tahun terakhir, sekaligus melampaui Jepang yang mencatat nilai US$1.091,0 juta di tahun yang sama.
Sebaliknya, nilai impor kendaraan dari Jepang memang sempat pulih pasca-pandemi, naik dari US$495,2 juta (2021) menjadi US$939,0 juta (2022), dan mencapai puncak pada 2023 dengan US$1.139,1 juta. Namun pada 2024, angka ini justru menurun tipis ke US$1.091,0 juta, membuka jalan bagi China menjadi pemasok utama kendaraan bermotor ke Indonesia secara nilai.
Perubahan ini menunjukkan bahwa Indonesia kini semakin terbuka terhadap produk otomotif asal China, yang dikenal menawarkan kendaraan listrik (EV) dan mobil penumpang berteknologi tinggi dengan harga yang lebih kompetitif. Produsen otomotif China seperti BYD, Wuling, dan Chery semakin agresif memperluas pasarnya di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dengan dukungan dari tren kendaraan listrik global.
Di sisi lain, meski Jepang masih menjadi pemain besar dalam industri otomotif di Indonesia, dominasi historisnya mulai tergerus oleh pesaing dari China. Konsumen Indonesia kini memiliki lebih banyak pilihan, dan preferensi terhadap kendaraan listrik, desain modern, serta harga terjangkau menjadi faktor pendorong pergeseran ini.
Tren ini juga menjadi sinyal penting bagi industri otomotif nasional. Dengan nilai impor yang terus meningkat dari China, Indonesia perlu memperkuat industri otomotif dalam negeri, terutama dalam pengembangan kendaraan listrik dan hibrida, agar tidak hanya menjadi pasar konsumsi, tetapi juga pemain penting di tingkat produksi dan ekspor.
Baca Juga: Jumlah Motor Listrik di Indonesia Terus Meningkat
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/statistics-table/1/MTA0OCMx/nilai-impor-kendaraan-bermotor-menurut-negara-asal-utama--nilai-cif-juta-us----2019-2024.html
https://www.gaikindo.or.id/mobil-china-di-indonesia-mencapai-16-merek-jepang-13/