Berdasarkan Global Terrorism Index (GTI), indeks terorisme Indonesia mencapai skor 3,99 pada 2023, menurun 0,6 poin dibanding periode sebelumnya. Kali ini, Indonesia menduduki posisi ke-31, turun tujuh peringkat dalam daftar negara yang paling terdampak serangan terorisme.
Di samping menandai berkurangnya kasus terorisme, capaian ini juga menggarisbawahi membaiknya penanggulangan terorisme di dalam negeri. Alhasil, dampak terorisme Indonesia tergolong rendah, padahal sebelumnya masih termasuk menengah.
GTI merupakan laporan tahunan yang diterbitkan oleh Institute for Economics & Peace (IEP). Menggunakan data Terrorism Tracker dari Dragonfly, laporan ini mengeksplorasi tren terorisme global dan menilai jumlah insiden, kematian, cedera, dan sandera terorisme di 163 negara.
Pemeringkat negara dengan dampak terorisme tertinggi dilakukan berdasarkan nilai akhir dari empat faktor tersebut yang diukur selama lima tahun terakhir. Dalam skala 0-10, dampak terorisme di suatu negara tergolong tinggi apabila skornya makin mendekati 10, begitu pula sebaliknya.
“Satu yang menjadi catatan khusus bagi Indonesia adalah berkurangnya angka kematian akibat terorisme di angka -22% berarti tidak ada angka kematian akibat terorisme di Indonesia pada tahun 2023," ungkap Andhika Chrisnayudhanto, Deputi Bidang Kerja Sama Internasional Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dikutip dari laman resmi BNPT.
“Tentunya ini dapat diraih karena performance kolaborasi BNPT, K/L dan penegak hukum di Indonesia yang berhasil mencanangkan zero attack di tahun 2023,” imbuhnya.
Sementara itu, dalam tataran regional ASEAN, dampak terorisme Indonesia masih menempati urutan keempat. Kasus terorisme Indonesia hanya lebih sedikit dibanding Myanmar, Filipina, dan Thailand. Myanmar mencetak angka tertinggi, skornya mencapai 7,53. Adapun Filipina dan Thailand masing-masing memperoleh skor 5,38 dan 4,22.
Malaysia dengan skor 0,19 tepat berada di bawah Indonesia, tetapi skornya terpaut cukup besar. Di lain sisi, negara yang tersisa memperoleh skor 0 lantaran sama sekali tidak ada dampak terorisme yang dirasakan.
IEP menginformasikan bahwa selama 2023 kematian global akibat terorisme meningkat 22% menjadi 8.352 kasus, tertinggi sejak 2017. Sebaliknya, jumlah insiden yang terjadi justru menurun 22% menjadi 3.350 kasus, dengan Pakistan mencatatkan serangan terbanyak. Lonjakan angka kematian meski makin sedikit insiden yang terjadi menunjukkan bahwa terorisme menjadi lebih terkonsentrasi dan mematikan.
Tahun lalu, Burkina Faso menjadi negara dengan dampak terorisme terbesar dengan GTI menyentuh angka 8,57, menggeser Afghanistan dan Irak di posisi teratas. Hampir 2.000 orang tewas dalam serangan teroris dari 258 insiden di negara tersebut, setara dengan nyaris seperempat dari kematian teroris global.
Baca Juga: Kominfo Berhasil Tangani Lebih Dari 5 Ribu Konten Berbau Radikalisme