Berdasarkan Global Peace Index (GPI) 2024 yang dirilis oleh Institute for Economics & Peace (IEP), Indonesia mencetak skor perdamaian sebesar 1,857, lebih buruk 0,019 poin dibanding periode sebelumnya. Tahun ini, Indonesia mesti turun empat peringkat dalam level global, menduduki urutan ke-48. Kendati demikian, Indonesia tetap mengamankan posisi keempat sebagai negara paling damai di ASEAN dengan tingkat kedamaian yang tergolong tinggi.
Indonesia bersanding dengan 162 negara lainnya yang mencakup 99,7% populasi dunia. Pemeringkatan tingkat perdamaian dilakukan berdasarkan analisis komprehensif 23 indikator kualitatif dan kuantitatif yang dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu keselamatan dan keamanan masyarakat; konflik domestik dan internasional yang tengah berlangsung; serta tingkat militerisasi. Skor keseluruhan dinyatakan dalam skala 1-5, semakin rendahnya angkanya, maka semakin damai negara tersebut.
Secara terperinci, Indonesia mencatat skor paling baik dalam domain militerisasi, skor yang diraih mencapai 1,452, hanya di bawah Malaysia dan Thailand di tingkat regional. Di lain sisi, dua domain lainnya, yaitu keselamatan dan keamanan serta konflik domestik dan internal memperoleh skor tidak jauh berbeda, masing-masing sebesar 2,016 dan 2,043.
Sementara itu, jajaran teratas negara terdamai di Asia Tenggara tidak banyak berubah dari tahun lalu. Singapura masih memimpin dengan skor mencapai 1,339. Malaysia dan Vietnam juga tetap unggul dari Indonesia, masing-masing memperoleh skor 1,427 dan 1,802. Laos mengakhiri lima besar berkat skor 1,861 yang diraihnya.
Secara berurutan, negara dengan tingkat kedamaian tertinggi berikutnya diisi oleh Timor Leste (1,882), Kamboja (2,028), Thailand (2,048), Filipina (2,21), dan Myanmar (2,943).
Adapun rata-rata tingkat perdamaian dunia menurun lima tahun berturut-turut. Tahun ini, skornya berkurang 0,59% terhadap 2023. Sebanyak 97 negara yang dianalisis mengalami kemerosotan, terbanyak sejak GPI diterbitkan pada 2008 silam.
Laporan ini menyebut bahwa pendorong utama tren negatif ini adalah meletusnya konflik internasional, terutama di Gaza dan Ukraina. Kedua konflik tersebut menyumbang dua dari tiga kematian global akibat konflik yang mencapai 162 ribu kasus pada 2023.
Kini, sebanyak 92 negara tengah bergelut dengan konflik di luar perbatasan negara. Dengan demikian, upaya bersama dibutuhkan demi meminimalisasi lonjakan konflik besar sekaligus menjaga perdamaian dunia di masa mendatang.
Baca Juga: 10 Negara Paling Aman di Dunia 2023, Ada Indonesia?