Inilah Parpol dengan Persentase Perempuan di DPR RI 2024 Tertinggi

Hanya Nasdem yang proporsinya di atas 30%. Meskipun begitu, PDI-P menjadi penyumbang tertinggi yaitu 27 orang. PKS memiliki persentase perempuan paling rendah.

Keterwakilan perempuan pada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI hasil Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 terus meningkat dibanding periode-periode sebelumnya. Data dari Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) mengungkap bahwa terdapat 128 perempuan yang lolos menjadi anggota DPR RI, atau setara 22,1% kursi.

Angka ini meningkat dibanding jumlah perempuan di DPR RI pada tahun 2014 yang berjumlah 118 orang, atau setara 20,5%. Kontribusi terbanyak DPR RI perempuan berasal dari Jatim I berjumlah 6 orang, disusul Bengkulu, Jabar I, Sulut, Jateng III, serta Jabar VII dengan masing-masing 4 orang.

Berdasarkan Undang-undang (UU) Nomor 10 Tahun 2008, partai politik (parpol) peserta pemilu harus menyertakan sekurang-kurangnya 30% keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat. Diharapkan, 30% ini juga menjadi batas minimal keterwakilan perempuan di tingkat DPR RI.

Dari sisi partai politik, parpol dengan persentase perempuan lolos DPR RI tahun 2024 di atas 30% hanya ada di Nasdem. Dari 69 caleg Nasdem yang lolos ke Senayan, sebanyak 30,4% atau 21 orang diantaranya merupakan perempuan.

Pada posisi kedua, terdapat PDI-P dengan proporsi 24,5% (27 orang) caleg perempuan lolos Senayan, disusul Gerindra dengan 19 caleg perempuannya menjadi DPR RI, atau setara 22,1%.

PKB dan Demokrat memiliki persentase keterwakilan perempuan di atas 20% (14 dan 9 orang). Golkar dan PAN menyusul dengan persentase masing-masing di angka 19,6% (20 orang) dan 18,8% (9 orang).

Partai politik dengan persentase paling rendah ada di PKS. Partai ini memiliki keterwakilan perempuan di DPR RI sebanyak 9 orang, atau setara 17%.

Pengajar Hukum Pemilu di Universitas Indonesia Titi Anggraini menilai bahwa perempuan masih harus banyak menemui tantangan untuk terpilih menjadi anggota legislatif. Menurutnya, hal-hal seperti dana serta keterbukaan pemilih terhadap konsep kepemimpinan perempuan membuat hal tersebut semakin sulit.

”Ditambah lagi partai tidak optimal memberikan pengawalan, pendampingan, dan dukungan memadai bagi kerja-kerja pemenangan yang dilakukan caleg perempuan,” kata Titi dalam Kompas.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats Data

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook