Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023, jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) di Indonesia tercatat mencapai 28,4 juta rumah tangga, meningkat 8,74% dibandingkan tahun 2013 yang berjumlah 26,1 juta rumah tangga. Kenaikan ini menunjukkan pertumbuhan secara agregat, tetapi seluruh subsektor pertanian justru mengalami penurunan jumlah RTUP selama satu dekade terakhir.
Subsektor tanaman pangan mencatat penurunan signifikan sebesar 12,28%, dari sebelumnya 17,7 juta rumah tangga menjadi 15,5 juta rumah tangga pada 2023. Penurunan ini dapat dihubungkan dengan semakin berkurangnya lahan pertanian, urbanisasi, serta pergeseran minat generasi muda dari sektor pertanian ke sektor lain yang dianggap lebih menjanjikan.
Penurunan serupa juga terjadi pada subsektor hortikultura, yang turun 10,44% menjadi 9,49 juta rumah tangga, serta perkebunan yang turun 14,82% menjadi 10,88 juta rumah tangga. Tren ini mencerminkan tantangan dalam keberlanjutan usaha tani di tengah persaingan global dan perubahan iklim.
Pada subsektor peternakan, jumlah RTUP menurun 7,12% menjadi 12,05 juta rumah tangga, sementara subsektor perikanan turun 6,19% menjadi 1,85 juta rumah tangga. Penurunan ini menunjukkan adanya tantangan dalam pengelolaan sumber daya alam, seperti overfishing dan degradasi lingkungan.
Subsektor kehutanan mencatat penurunan drastis sebesar 48,87%, dengan jumlah RTUP tersisa 3,47 juta rumah tangga. Namun, penurunan terbesar terjadi pada subsektor jasa pertanian, yang turun hingga 66,28%, menjadi hanya 362,78 ribu rumah tangga. Penurunan ini mengindikasikan kurangnya dukungan dan minat untuk jasa pendukung pertanian, seperti irigasi dan teknologi.
Fenomena ini menunjukkan adanya pergeseran struktur dan pola usaha di sektor pertanian Indonesia. Meskipun jumlah RTUP secara keseluruhan meningkat, konsentrasi pada usaha pertanian tradisional terus menurun. Untuk menjaga keberlanjutan sektor ini, diperlukan inovasi teknologi, kebijakan yang mendukung regenerasi petani, serta insentif bagi subsektor yang terdampak paling besar.
Baca Juga: Sektor Pertanian Sumbang Inflasi Harga Produsen Tertinggi 2024