Perubahan perilaku pascapandemi sangat terasa pada berbagai usaha. Sebagian besar bidang usaha yang ada mau tidak mau harus melakukan transformasi digital untuk mengadaptasikan moda penjualan dari yang semula secara tatap muka saja, menjadi penjualan secara fleksibel dengan bantuan teknologi. Penjualan dan promosi usaha melalui internet juga sangat gencar dilakukan di Indonesia untuk meningkatkan pendapatan dan memperluas jangkauan penjualan.
Dalam rilis survei penggunaan internet oleh UMKM dan korporasi yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pada tahun 2023 hampir 95 persen usaha di Indonesia telah menggunakan internet sebagai salah satu penunjang penjualan dengan mayoritas lama penggunaan sebesar 6-10 jam perhari.
Sebagian dari responden mengatakan bahwa mereka menjual dan menawarkan produk pada berbagai marketplace yang ada di Indonesia. Marketplace tujuan pertama uang digunakan oleh usaha adalah Tokopedia dengan presentase 73,73 persen, disusul Lazada dengan presentase 38,81%.
Sempat menjadi jawara, pada tahun 2023 marketplace Shopee harus puas berada di posisi ketiga dengan presentase 34,33 persen. Dua marketplace yang berada di posisi selanjutnya adalah Blibli dengan presentase 12,54 persen, kemudian Olx dengan presentase 5,97 persen. Dalam survei ini, responden dapat menjawab lebih dari satu marketplace.
Perputaran ekonomi usaha di marketplace Indonesia sangatlah menjanjikan. Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) Bima Laga memprediksikan nilai transaksi di e-commerce nasional akan menembus angka Rp 572 triliun pada tahun ini. Hal ini dikarenakan masyarakat telah nyaman dengan transaksi online meskipun masa pandemi telah berangsur selesai. “Masih banyak potensi pasar yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku e-commerce nasional,” tutur Bima dilansir Kontan.