Pandemi Covid-19 yang telah berlalu masih membawa dampak negatif bagi perekonomian dunia. Banyak negara mengalami kontraksi dalam pertumbuhan ekonomi, inflasi yang tinggi, kenaikan harga makanan pokok, bahkan adanya konflik geopolitik seperti antara Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina membuat perdagangan global terguncang.
Akibat ketidakpastian itu, banyak masyarakat yang cemas akan stabilitas keuangannya, membuatnya mencari cara lain untuk menambah pemasukan, salah satunya adalah dengan berinvestasi.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), investasi adalah penanaman modal, biasanya dalam jangka panjang untuk pengadaan aktiva lengkap atau pembelian saham-saham dan surat berharga lain untuk memperoleh keuntungan. Produk dari investasi dapat berupa saham, obligasi, emas, deposit, properti dan lainnya. Di Indonesia, sudah banyak anak muda yang berinvestasi, termasuk millennial dan gen z.
Menurut survei dari Jakpat bertajuk Report Indonesia Investment Trends, sebanyak 36% masyarakat sudah memiliki produk investasi tersendiri berupa perhiasan dengan perempuan sebagai pemilik terbanyak yaitu sekitar 48%. Logam mulia/ tabungan emas juga menjadi pilihan investasi oleh 27% masyarakat, dengan rincian 25% oleh laki-laki dan 28% oleh perempuan.
Produk perhiasan terutama yang mengandung emas paling banyak diinvestasikan masyarakat sebab sifatnya yang nyata dan mudah dicairkan apalagi dalam kebutuhan yang mendesak. Selain itu menurut Lakuemas, aksesoris emas dapat disimpan dalam waktu yang lama karena nilai historisnya cenderung meningkat setiap tahunnya. Risiko dalam berinvestasi emas juga rendah yang cocok bagi mereka yang tidak terlalu berani mengambil risiko.
Menurut Mint, harga emas di dunia saat ini mengikuti pergerakan imbal hasil treasury Amerika Serikat, di mana adanya pemangkasan suku bunga FED AS yang meningkatkan imbal hasil dari obligasi dan melemahkan dolar AS. Ketidakpastian menjelang pemilihan Presiden Amerika, ketegangan geopolitik, dan permintaan safe haven dari para investor swasta juga turut menentukan harga emas pasaran.
"Seiring dengan meningkatnya imbal hasil treasury, uang tunai membayar suku bunga tinggi, dan emas pun ikut naik. Kami melihat keuntungan yang biasanya tidak kami lihat dalam waktu sesingkat itu," kata Liz Young Thomas, Kepala Strategi Investasi untuk perusahaan jasa keuangan digital SoFi, mengutip dari Reuters. "Tentu saja, ketika aset memiliki keuntungan yang besar, audiens yang lebih muda mulai bersemangat.”