Kebutuhan akan energi baru dan terbarukan (EBT) terus meningkat. Meskipun saat ini energi fosil masih jadi sumber energi listrik utama di dunia, pemakaian EBT terus ditingkatkan di berbagai negara.
Berdasarkan laporan Global Electricity Review 2025 yang dirilis oleh Ember, pada tahun 2024, 40,9% produksi energi listrik di dunia telah berasal dari sumber energi bersih, sementara 59,1% lainnya berasal dari bahan bakar fosil seperti batu bara dan gas bumi. Energi hidro/air jadi energi bersih dengan produksi listrik terbesar di tahun 2024, produksi listrik dari pembangkit bertenaga air mencapai 4.416 TWh. Nuklir mengikuti di urutan setelahnya dengan produksi sebesar 2.768 TWh.
Di samping air dan nuklir, energi surya dan angin merupakan sumber energi yang popularitasnya terus meningkat. Dalam satu dekade terakhir, produksi listrik dari tenaga surya dan tenaga angin meningkat cukup pesat.
Dalam satu dekade terakhir, produksi listrik dari tenaga surya bertumbuh sekitar 21-35% setiap tahunnya, sementara untuk produksi listrik dari tenaga angin memiliki pertumbuhan 7-18% per tahun. Untuk produksi listrik dari tenaga hidro dan tenaga nuklir cenderung sulit bertumbuh di satu dekade terakhir. Bahkan di beberapa tahun ke belakang produksi listrik dari tenaga nuklir dan hidro beberapa kali mengalami penurunan, meskipun tidak terlalu besar.
Perkembangan energi surya dan angin sendiri tergolong lebih cepat dari berbagai sumber energi listrik lainnya. Produksi listrik dari tenaga surya hanya butuh waktu 8 tahun untuk bisa bertumbuh dari 100 TWh ke 1.000 TWh, dan hanya butuh waktu 3 tahun dari 1.000 TWh ke 2.000 TWh. Untuk produksi listrik dari tenaga angin butuh waktu 12 tahun dari 100 TWh ke 1.000 TWh, kemudian hanya butuh waktu 5 tahun dari produksi 1.000 TWh ke 2.000 TWh.
Baca Juga: Indeks Transisi Energi Indonesia Termasuk yang Tertinggi di ASEAN