Di era modern yang semakin ramai menyuguhkan lika-liku kehidupan, stres atau yang lebih akrab dikenali dengan istilah burnout, telah menjadi bagian tak terhindarkan dari kehidupan sehari-hari.
Dilansir dari Forbes, burnout adalah sebuah kondisi mental yang menggambarkan perasaan kelelahan dan terjebak dalam pekerjaan tanpa adanya peluang untuk berkembang.
Tekanan dalam menghadapi tuntutan pekerjaan, keuangan, dan kehidupan sosial membuat banyak orang, terutama generasi muda seperti gen Z dan milenial merasakan beban yang semakin berat.
Menurut data yang diperoleh dari Deloitte, dari berbagai faktor yang menjadi penyebab utama stres di kalangan gen Z dan milenial, prospek kerja/karier tercatat menempati posisi teratas. Sekitar 50% dari gen Z mengungkapkan bahwa ketidakpastian terkait masa depan karier mereka merupakan sumber tekanan yang besar, dan 41% dari milenial merasakan situasi serupa.
Kondisi ini mencerminkan kekhawatiran yang teramat terhadap kompetisi di pasar kerja. Bagi banyak gen Z yang baru saja memulai perjalanan karier, tekanan untuk berhasil dan memenuhi ekspektasi sosial membuat mereka merasa terjebak dalam siklus stres yang sulit diatasi. Sementara milenial, meskipun memiliki pengalaman lebih banyak, juga memiliki tekanan untuk beradaptasi dengan perubahan yang cepat dalam dunia kerja dan menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Dengan demikian, prospek karier bukan hanya menjadi masalah ekonomi, tetapi juga berpengaruh besar pada kesehatan mental dan kesejahteraan kedua generasi ini. Mengatasi stres terkait karier menjadi langkah penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan mendukung.
Baca Juga: Mayoritas Anak Muda Indonesia Punya Pekerjaan Sampingan, Pendapatan Jadi Alasan Utama