Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk Indonesia semakin menua, ditandai dengan meningkatnya proporsi penduduk lansia di Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia mendefinisikan lansia sebagai penduduk yang telah berusia 60 tahun ke atas.
Dalam satu dekade terakhir, proporsi lansia di Indonesia terus meningkat, dari 8,43% pada 2015 menjadi 12% pada 2024. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia telah memasuki fase ageing population, di mana proporsi penduduk lansia telah melebihi 10%. Pada 2045 mendatang, penduduk lansia Indonesia diproyeksikan akan meningkat mencapai 20,31% atau sekitar 65,82 juta jiwa.
Jika dimanfaatkan dengan baik, populasi lansia dapat dijadikan bonus demografi kedua yang turut mendukung pertumbuhan ekonomi negara. Namun, lansia yang sudah tidak lagi produktif banyak dipandang sebagai beban tambahan, terutama bagi anggota rumah tangga yang masih produktif.
Meningkatnya persentase lansia di Indonesia membuat rasio ketergantungan lansia juga terus meningkat. Fenomena ini menggambarkan bahwa naiknya penduduk lansia bakal menambah beban ekonomi dari penduduk usia produktif. Menurut BPS, rasio ketergantungan lansia pada 2024 mencapai 17,76. Hal ini berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 17 penduduk lansia.
Dari tahun ke tahun, rasio ketergantungan lansia terus meningkat. Pada 2020, angkanya mencapai 15,16, meningkat tipis menjadi 15,78 pada 2021. Pada 2022, rasio ketergantungan lansia menjadi 16,41 dan naik pada tahun berikutnya menjadi 17,08.
Sejauh ini, per 2024, sebanyak 83,74% lansia memenuhi kebutuhan hidupnya dari penghasilan anggota rumah tangga yang bekerja, menunjukkan besarnya ketergantungan lansia. Sementara itu, 10,97% bergantung secara finansial pada kiriman dari pihak lain. Hanya 5,01% lansia yang memenuhi kebutuhan hidupnya dari uang pensiun dan sisanya dari investasi yang dimilikinya.
Baca Juga: 83% Lansia RI Bergantung Secara Finansial pada Keluarga
