Lebih dari sepertiga remaja Indonesia (15,5 juta remaja) tercatat memiliki masalah mental dalam 12 bulan terakhir. Menurut penelitian dari I-NAMHS remaja laki-laki yang berusia 10-17 tahun memiliki prevalensi gangguan kesehatan mental sebesar 34,6%, sedangkan remaja perempuan sebesar 35,1%.
Remaja yang berusia 10-17 yang mengalami kecemasan atau anxiety memiliki prevalensi sebesar 26,7%. Prevalensi pada remaja laki-laki yang mengalami kecemasan yakni sebesar 25,4% dan 28,2% pada remaja perempuan.
Dalam mengatasi masalah emosi dan perilaku, remaja Indonesia kebanyakan melakukan strategi self-help. Sebanyak 55,4% responden mengaku lebih melibatkan diri dalam melakukan kegiatan yang disukai untuk mengatasi masalah emosi, disusul dengan strategi meditasi atau terapi relaksasi dengan persentase sebanyak 48,8%. Selain itu, 45,4% responden juga mengaku banyak berdoa dan beribadah.
Metode lain yang dilakukan untuk membantu diri sendiri dalam pengelolaan emosi dan perilaku adalah dengan mencari dukungan dari orang terdekat mereka seperti teman dengan persentase 26,6%, serta dukungan keluarga (24,3%).
Lebih lanjut, 20,7% responden tercatat banyak meluangkan waktu untuk berolahraga, 15,2% responden memilih memperbaiki pola makan, mencari informasi dari buku, dan 6,8% responden berupaya mencari informasi tambahan dari majalah atau TV. Tidak hanya itu, 5,1% responden memilih mencari dukungan melalui jaringan sosial seperti chat room daring, media sosial, atau kelompok internet lainnya.
Hanya segelintir responden yang bergabung pada kelompok sosial tertentu, yakni sebesar 4,2%, dan berhenti merokok, minum alkohol, atau mengkonsumsi obat-obatan sebanyak 0,6%.
Gangguan kecemasan atau anxiety ini merupakan masalah kesehatan mental yang paling lazim terjadi di kalangan remaja. Pada akhirnya, guna menangani gangguan kecemasan pada remaja, diperlukan edukasi yang komprehensif baik untuk remaja maupun keluarga yang terkait.
Baca Juga: 28% Remaja Perempuan Indonesia Alami Masalah Kecemasan