Kemajuan teknologi telah mendorong manusia untuk terus berinovasi. Menjamurnya perusahaan rintisan atau biasa dikenal startup, menjadi pertanda bahwa peradaban dunia semakin giat untuk menciptakan inovasi baru bagi kehidupan manusia.
Meski begitu, tahun 2024 menjadi tahun yang kurang baik bagi ekosistem startup, perubahan lanskap ekonomi global, lonjakan tren AI, hingga seretnya pendanaan dari investor telah mengubah ekosistem startup dunia menjadi semakin “menantang”. Oleh karena itu, saat ini berbagai startup di dunia mulai mencari berbagai cara untuk tetap bertahan, salah satunya adalah memilih lokasi operasional yang tepat.
Berdasarkan, laporan StartupBlink yang bertajuk Global Startup Ecosystem Index 2024, Amerika Serikat jadi negara dengan ekosistem startup terbaik tahun 2024. Amerika Serikat berhasil mendapatkan nilai indeks sebesar 215,001. Britania Raya menyusul di peringkat kedua dengan skor yang terpaut cukup jauh yaitu sebesar 55,995. Israel ada di urutan ketiga dengan skor 51,557.
Kanada menempati urutan keempat dengan skor 38,254. Singapura berada di posisi kelima dengan nilai 37,736, raihan tersebut sekaligus menobatkan Singapura sebagai negara dengan ekosistem startup terbaik di Asia.
Swedia keluar di peringkat keenam dengan nilai sebesar 27,024. Jerman menyusul di urutan setelahnya dengan capaian indeks di angka 25,380. Prancis duduk di posisi kedelapan dengan skor indeks 24,894.
Belanda dan Swiss berada di posisi kesembilan dan kesepuluh dengan nilai indeks masing-masing sebesar 24,462 dan 24,081. Meskipun di wilayah Asia Tenggara Indonesia menempati peringkat kedua, ekosistem startup Indonesia masih sangat jauh dari sepuluh besar. Indonesia harus puas berada di peringkat tiga puluh enam dengan nilai indeks 6,397.
Laporan StartupBlink menilai ekosistem startup berdasarkan tiga faktor yaitu kuantitas, kualitas, dan lingkungan bisnis startup. Masing-masing faktor memiliki indikator penilaiannya masing-masing, yang nantinya akan dijumlahkan untuk menentukan nilai utama. Tidak ada batas atas dalam indeks ini, hanya ada batas bawah di angka 0 untuk menggambarkan kondisi terburuk, hal tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran ketimpangan pada berbagai negara atau kota.
Baca Juga: Indonesia Sebagai Pusat Startup Terbesar Se-Asia Tenggara