Penurunan populasi atau depopulasi merupakan pengurangan jumlah penduduk di suatu negara, kota, atau wilayah tertentu dalam jangka waktu yang panjang.
Penurunan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang saling terkait seperti populasi yang menua, tingginya tingkat emigrasi, rendahnya angka kelahiran, menurunnya tingkat kesuburan, tingginya angka kematian bayi akibat sistem kesehatan yang tidak memadai, serta tingginya angka kematian yang disebabkan oleh perang, kekerasan, wabah penyakit, dan bencana lainnya.
Penurunan populasi membawa dampak positif dan negatif bagi suatu negara. Semakin sedikit populasi, maka semakin banyak sumber daya yang tersedia untuk setiap individu. Dengan demikian, kekayaan per kapita pun meningkat.
Pengurangan populasi juga bisa membantu mengatasi masalah yang berkaitan dengan kepadatan penduduk seperti meningkatnya polusi, kemacetan lalu lintas, melonjaknya harga real estate, hingga degradasi lingkungan.
Di sisi lain, penurunan populasi dapat menyebabkan penurunan angkatan kerja yang berdampak pada kualitas hidup secara keseluruhan.
CEOWORLD telah mencatat negara-negara yang diperkirakan akan mengalami penurunan populasi terbesar selama tiga dekade mendatang (2020-2050). Wilayah Eropa Timur berada di puncak daftar, banyak negara di kawasan ini diperkirakan akan kehilangan sebagian besar populasinya karena emigrasi.
Selama satu dekade terakhir, delapan negara dengan lebih dari sepuluh juta penduduk telah mengalami penurunan populasi, sebagian besar berada di Eropa. Penurunan populasi di Ukraina, Rusia, Myanmar, Suriah, Afghanistan, Palestina, Venezuela, Sudan, dan Yaman berkaitan erat dengan perang atau konflik.
Selain itu, Italia, Portugal, Polandia, Rumania, dan Yunani turut mengalami penurunan populasi karena rendahnya tingkat kesuburan dan emigrasi yang signifikan.
Lebih lanjut, banyak penduduk di Polandia, Rumania, Bulgaria, Albania, dan Yunani yang meninggalkan negaranya untuk mencari peluang kerja di negara lain. Akibatnya, populasi keseluruhan Eropa kemungkinan akan mulai menurun cepat pada dekade ini.
Di luar Eropa, Jepang dan Korea Selatan juga menghadapi isu yang sama akibat rendahnya tingkat kesuburan dan tingginya tingkat emigrasi.
Baca Juga: 5 Negara dengan Populasi Terpadat di Dunia