Musim penghujan di Indonesia sering kali menjadi tantangan besar bagi masyarakat dan pemerintah. Selain memberikan berkah berupa peningkatan cadangan air, musim ini juga memicu peningkatan risiko bencana hidrometeorologi.
Berdasarkan data musim hujan di 2023/2024, pada Bulan Oktober 2023 hingga Februari 2024, dari Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) menunjukkan terdapat 10 provinsi di Indonesia dengan bencana terbanyak yang menunjukkan ancaman nyata berupa banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem.
Jawa Barat menempati posisi pertama dengan 145 kejadian, diikuti oleh Jawa Tengah dengan 91 kejadian. Provinsi lain di luar Jawa juga mencatatkan angka bencana yang signifikan, seperti Riau dengan 89 kejadian yang didominasi oleh banjir.
Sementara itu, Sumatra Utara menghadapi kombinasi banjir dan longsor. Provinsi lainnya seperti Aceh, Nusa Tenggara Barat, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, dan Kalimantan Barat turut melengkapi daftar provinsi rawan bencana, menegaskan bahwa ancaman bencana tidak hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa.
Selain itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi peningkatan curah hujan sebesar 20-40 persen, khususnya di daerah-daerah yang rentan bencana. Pola tahunan menunjukkan frekuensi bencana terus meningkat, terutama pada saat intensitas hujan memuncak. Kondisi geografis, tata ruang yang tidak terkelola dengan baik, dan kerusakan lingkungan menjadi penyebab utama tingginya risiko.
Data ini menjadi peringatan untuk lebih peduli terhadap pengelolaan lingkungan dan mitigasi risiko dengan memetakan daerah rawan bencana, dan menyoroti perlunya perhatian khusus pada upaya pencegahan bencana.
Oleh karena itu, seluruh wilayah Indonesia terutama 10 provinsi dengan bencana terbanyak perlu meningkatkan kewaspadaan selama musim penghujan yang diperkirakan terjadi dari bulan Desember 2024 hingga April 2025.
Baca juga: Indonesia Masuk Jajaran Negara dengan Laju Deforestasi Hutan Tertinggi 2023