Generasi Z atau mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 dikenal sebagai generasi yang melek teknologi dan memiliki akses luas terhadap informasi. Hal ini tercerminkan dari perilaku Gen Z ketika menghadapi masalah kesehatan mental, di mana kebanyakan memilih untuk mengatasinya sendiri berbekal informasi di internet tanpa mencari bantuan profesional.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Jakpat pada 6-9 Desember 2024, terungkap bahwa banyak Gen Z menghadapi masalah kesehatan mental namun belum mencari bantuan profesional seperti terapi atau konseling.
Survei yang melibatkan 1.155 responden Gen Z ini menunjukkan bahwa 965 di antaranya mengaku belum pernah menjalani terapi atau konseling untuk mengatasi masalah mental. Salah satu temuan menarik dari survei ini adalah alasan utama mereka enggan mencari bantuan profesional.
Sebanyak 48% responden percaya bahwa mereka mampu mengatasi masalah kesehatan mentalnya sendiri tanpa bantuan psikolog atau konselor. Namun, faktor lain juga berperan dalam menghambat Gen Z untuk mencari terapi. Sebanyak 45% responden mengungkapkan bahwa kendala finansial menjadi alasan utama. Terapi dan konseling yang masih dianggap mahal membuat banyak dari mereka merasa tidak mampu untuk menjangkau layanan ini.
Selain itu, 25% responden menyebutkan bahwa keterbatasan waktu menjadi penghalang, sedangkan 24% lainnya mengaku tidak mengerti bagaimana cara mengakses layanan tersebut. Sementara, 23% responden rupanya merasa malu untuk meminta bantuan profesional.
Survei yang dilakukan secara daring ini bertujuan untuk memahami lebih dalam perilaku dan karakteristik Gen Z dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk bagaimana mereka menangani masalah kesehatan mental. Dengan margin of error di bawah 5%, hasil survei ini memberikan gambaran yang cukup akurat mengenai dinamika kesehatan mental pada generasi muda di Indonesia.
Baca Juga: Tidur Jadi Pelarian Utama 59% Gen Z dari Masalah Mental