Program for International Student Assessment (PISA) 2022 mengukur kemampuan matematika, sains, dan literasi membaca siswa usia 15 tahun di seluruh dunia. Di antara ketiganya, matematika menjadi fokus utama. Meski saat itu peringkat matematika Indonesia naik 5-6 posisi dari 2018, skor RI masih di bawah rata-rata.
Salah satu faktor yang memengaruhi hasil tersebut adalah status sosial-ekonomi. Negara dengan keterbelakangan sosial-ekonomi cenderung mendapat skor yang rendah, seperti yang terjadi pada Indonesia.
Kondisi sosial-ekonomi yang tidak ideal berdampak pada ketidakadilan dalam mendapat pendidikan, seperti kualitas pendidikan yang tidak merata dan akses yang terbatas pada siswa tertentu.
Menariknya, keadilan dalam pendidikan dan kondisi pembelajaran siswa juga ditinjau dalam PISA 2022 karena dinilai berpengaruh pada performa kinerja siswa. Salah satu yang ditinjau, yakni frekuensi kesulitan makan siswa selama satu bulan sebelum pelaksanaan PISA 2022.
Berdasarkan data yang dihimpun Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), sejumlah siswa di Indonesia mengaku masih sulit makan.
Meski mayoritas (80%) siswa rutin makan dalam kurun waktu tersebut, nyatanya kesulitan makan pada siswa masih tercatat.
Sebanyak 8% siswa Indonesia yang mengikuti PISA 2022 mengklaim tidak makan satu kali dalam seminggu selama 30 hari sebelum mengikuti penelitian tersebut.
Berikutnya, sebanyak 4% siswa mengaku tidak makan 2 hingga 3 kali dalam seminggu dan 1% tidak makan 4 hingga 5 kali seminggu.
Mirisnya, sebesar 6% siswa RI mengaku tidak makan nyaris tiap hari tepat sebulan sebelum penelitian PISA 2022 dilaksanakan.
Siswa yang mengalami kesulitan makan menunjukkan kesejahteraan hidup yang kurang. Faktor kesejahteraan ini tak hanya berpengaruh pada perkembangan individual siswa, tapi juga kinerja akademis mereka.
Tak heran, masih ada siswa dengan kinerja akademis yang kurang baik dan hasilnya mendapat skor rendah pada literasi membaca, matematika, dan sains di PISA 2022.
Fakta siswa sulit makan juga menunjukkan ketidakadilan pendidikan pada siswa Indonesia. Mereka yang mengalami kesulitan ekonomi hingga tak bisa makan dengan baik pastinya tidak memiliki akses terhadap kualitas pendidikan yang sama dengan siswa pada kondisi ekonomi baik.
Dengan demikian, agar kinerja siswa secara akademis meningkat dan keadilan dalam pendidikan dapat terwujud, Indonesia perlu mendorong perbaikan kondisi sosial-ekonominya.
Baca juga: Melejit, Anggaran Pendidikan RI 2024 Tembus Rp665 Triliun