Kecerdasan buatan atau AI makin hari makin akrab dengan kehidupan manusia. Bukan cuma di kantor atau ruang kelas, AI kini ikut hadir dalam urusan sehari-hari, mulai dari bantu mengerjakan tugas, bikin konten, sampai sekadar tanya resep masakan.
Tapi di balik semua kemudahan itu, banyak juga yang mulai waswas. Survei Jakpat pada 10–14 April 2025 terhadap 1.334 responden yang sudah familiar dengan AI menunjukkan, 64% responden merasa mulai terlalu bergantung pada teknologi. Sebagian lagi khawatir AI bakal disalahgunakan untuk hal-hal kriminal (63%), atau bikin orang jadi malas dan kurang kreatif (61%).
Ada juga yang menyebut AI bisa menambah angka pengangguran (55%), menyulitkan kita membedakan mana karya manusia dan mana buatan AI (49%), serta mengganggu privasi dan keamanan data pribadi (48%). Bahkan 41% menganggap AI bisa bikin kemampuan berpikir kritis dan ambil keputusan jadi menurun.
Meski begitu, pemakaian AI tetap meluas. Sebanyak 42% responden menggunakannya untuk bekerja, belajar, dan aktivitas harian sekaligus. Sisanya, 19% hanya untuk kerja dan belajar, dan 10% khusus untuk urusan harian seperti atur keuangan, cari ide masakan, atau hiburan.
Soal platform, ChatGPT jadi yang paling populer dengan 74% responden mengaku sering memakai AI ini. Disusul Gemini dari Google (51%) dan Meta AI (29%).
Jadi meskipun banyak yang waspada, nyatanya AI sudah jadi bagian dari rutinitas banyak orang. Kuncinya, bukan soal menolak atau menerima, tapi bagaimana bijak menggunakannya.
Baca Juga: 24% Publik RI Mulai Langganan AI Untuk Urusan Sehari-hari