7 Makanan yang Paling Banyak Menyumbang Gas Rumah Kaca

Makanan yang kita konsumsi sehari-hari rupanya menghasilkan gas rumah kaca yang jumlahnya fantastis.

Dalam beberapa tahun terakhir, efek perubahan iklim semakin dirasakan penduduk dunia. Mulai dari suhu yang semakin panas, bencana alam akibat naiknya permukaan air laut hingga kekeringan yang berdampak pada produksi bahan pangan. Krisis ini diakibatkan oleh gabungan banyak aspek lingkungan, salah satunya emisi gas.

Emisi gas dihasilkan dari banyak sektor. Umumnya, emisi gas memang paling banyak dihasilkan dari kendaraan bermotor. Namun rupanya, emisi gas juga dihasilkan dari pengolahan makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Melansir Visual Capitalist, berikut makanan yang paling banyak menyumbang gas rumah kaca.

Penelitian ini menggunakan carbon dioxide equivalent (CO2e) sebagai satuan yang menyatakan jumlah metrik ton emisi CO2. Semakin besar jumlah CO2e dalam suatu produk, maka semakin besar potensi pemanasan global yang dihasilkan oleh produk tersebut.

Daging sapi potong atau beef herd menjadi makanan yang paling banyak menyumbangkan gas rumah kaca. Berdasarkan perhitungan carbon dioxide equivalent (CO2e), 1 kilogram produk sapi potong akan menghasilkan jejak karbon sebesar 99.48 kilogram CO2e.

“Produksi daging sapi memerlukan banyak sumber daya, seperti sumber daya lahan, air, dan energi yang besar. Sapi juga menghasilkan gas metana selama proses pencernaannya, sebuah gas yang memiliki potensi pemanasan global 27–30 kali lebih tinggi dibandingkan CO2 dalam jangka waktu 100 tahun,” ungkap Visual Capitalist.

Di posisi kedua dan ketiga adalah coklat hitam (dark chocolate) dan daging domba (lamb and mutton). Coklat hitam merupakan produk nabati penghasil karbon dioksida terbanyak, yaitu 46.65 kg CO2e per kilogram. Sedangkan untuk daging domba, 1 kg produknya dapat menghasilkan 39.72 kg CO2e.

Visual Capitalist menjelaskan, “sebagian besar emisi yang dihasilkan coklat hitam berasal dari penggunaan lahan, seperti deforestasi yang mengubah keseimbangan emisi gas rumah kaca dan mengurangi kapasitas bumi untuk menyerap CO2.”.

Daging sapi perah atau dairy herd berada di posisi keempat sebagai makanan penyumbang gas rumah kaca. Setiap 1 kg daging sapi perah menghasilkan 33.30 kg CO2e. Belum lagi, pemeliharaan sapi perah membutuhkan jumlah air yang fantastis, yaitu sekitar 2714 liter air.

Minuman favorit banyak orang, kopi, rupanya ada di peringkat kelima makanan penyumbang gas rumah kaca. Rupanya, 1 kg kopi dapat menghasilkan 28.53 kg CO2e.

Udang (prawn) yang diternakkan dan keju lantas menjadi penutup daftar ini. Visual Capitalist mengungkapkan bahwa udang ternak menyumbang sekitar 26.87 kg CO2e pada setiap 1 kg produknya. Keju juga turut menyumbang gas dalam jumlah yang banyak, di mana 1 kg keju menghasilkan 23.88 kg CO2e. Terdapat akta mengejutkan lain bahwa produksi keju membutuhkan 5605 liter air, yang mana merupakan jumlah air yang sangat banyak.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats Data

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook