Kemahiran berbahasa Inggris telah menjadi salah satu indikator penting dalam mengukur daya saing suatu negara di tingkat global. Berdasarkan data dari Education First (EF), peringkat kemahiran bahasa Inggris di Asia menunjukkan hasil yang menarik, sekaligus memberikan wawasan tentang upaya yang perlu dilakukan beberapa negara untuk meningkatkan kemampuan ini.
Singapura berada di peringkat pertama dengan skor 609, jauh melampaui negara-negara Asia lainnya. Sebagai pusat bisnis dan keuangan internasional, dominasi Singapura dalam hal kemampuan berbahasa Inggris tidaklah mengejutkan. Bahasa Inggris telah menjadi bahasa resmi dan digunakan secara luas dalam pendidikan, pemerintahan, dan sektor bisnis.
Filipina menyusul di posisi kedua dengan skor 570. Filipina dikenal sebagai salah satu negara dengan tenaga kerja yang fasih berbahasa Inggris, terutama di sektor layanan pelanggan dan Business Process Outsourcing (BPO). Hal ini menjadikan Filipina kompetitif di pasar global.
Malaysia berada di peringkat ketiga dengan skor 566. Dengan sistem pendidikan bilingual yang mengutamakan bahasa Inggris sebagai salah satu mata pelajaran utama, Malaysia terus memperlihatkan kemajuan dalam kemampuan berbahasa Inggris di berbagai kalangan masyarakatnya.
Hongkong dan Korea Selatan masing-masing menempati posisi keempat dan kelima dengan skor 549 dan 523. Sebagai wilayah yang memiliki hubungan kuat dengan komunitas internasional, Hongkong tetap menjaga standar tinggi dalam penggunaan bahasa Inggris.
Di sisi lain, Korea Selatan terus mengembangkan kemahiran bahasa Inggrisnya melalui investasi besar-besaran di bidang pendidikan, termasuk program pembelajaran intensif dan penyediaan guru asing. Nepal dan Bangladesh menempati posisi enam dan tujuh dengan skor masing-masing 512 dan 500.
Sementara itu, Indonesia berada di peringkat ke-12 dengan skor 468, yang dikategorikan sebagai tingkat kemampuan rendah, sehingga diperlukan peningkatan signifikan dalam penguasaan bahasa Inggris.
Meskipun bahasa Inggris telah diajarkan di sekolah-sekolah, tantangan utama yang dihadapi termasuk keterbatasan akses ke pendidikan berkualitas dan kurangnya penggunaan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari.
Baca Juga: Salip Jakarta, Surabaya Kembali Jadi Kota Paling Mahir Bahasa Inggris 2024