Pada masa modern ini, masyarakat dunia banyak menggantungkan hidup mereka pada hasil pertambangan. Hasil pertambangan dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, mulai dari pemenuhan energi hingga sebagai bahan dasar dalam pembuatan perangkat elektronik.
Indonesia sendiri memiliki potensi masif di bidang pertambangan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pertambangan menyumbang Rp2.026,6 triliun untuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2024, setara dengan 9,15% dari nilai PDB Indonesia tahun 2024.
Berdasarkan data Companies Market Cap, China Shenhua Energy menjadi perusahaan pertambangan dengan keuntungan terbesar di Asia, diperkirakan mencapai US$11,67 miliar. China Shenhua Energy sendiri merupakan sebuah perusahaan milik China yang berfokus pada bidang produksi batu bara, angkutan batu bara, dan konversi batu bara.
Coal India, sebuah perusahaan batu bara yang dimiliki oleh pemerintah India meraih keuntungan terbesar kedua di Asia dengan estimasi mencapai US$6,14 miliar. Peringkat ketiga ditempati oleh Zijin Mining dengan keuntungan di angka US$5,87 miliar. Zijin Mining merupakan perusahaan multi nasional asal China yang melakukan aktivitas pertambangan di berbagai negara. Berbagai material tambang yang dihasilkan meliputi tembaga, emas, zink, perak, litium, dan molybdenum.
Peringkat selanjutnya kembali ditempati oleh perusahaan asal China yaitu Yanzhou Coal Mining, dengan angka keuntungan sebesar US$4,75 miliar. Vedanta Limited, perusahaan pertambangan multinasional dari India menempati urutan kelima dengan keuntungan mencapai US$3,63 miliar.
United Tractors, perusahaan pertambangan dan konstruksi asal Indonesia berhasil menempati urutan keenam dengan keuntungan sebanyak US$1,89 miliar. Maaden, sebuah perusahaan dari Saudi Arabia menempati peringkat ketujuh dengan keuntungan sebesar US$1,50 miliar.
Baca Juga: 5 Tambang Emas Terbesar di Indonesia Berdasarkan Jumlah Produksi
