Sanitasi layak merupakan elemen penting dalam menjaga kesehatan masyarakat. Tidak hanya berdampak pada kesehatan individu, sanitasi juga memengaruhi lingkungan dan kualitas hidup secara keseluruhan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), hanya 82,36% rumah tangga di Indonesia yang memiliki akses sanitasi layak di 2023.
Kondisi Akses Sanitasi di Indonesia
Pada tahun 2023, persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak mencapai 82,36%. Walaupun terus menunjukkan peningkatan, indikator ini belum dapat memenuhi target RAN yaitu mencapai akses terhadap sanitasi layak pada tahun 2019 sebesar 90%, sehingga target ini masih terus diupayakan dalam RPJMN 2020-2024 (Kementerian PPN/Bappenas, 2020a).
Perlu dicatat bahwa, sanitasi layak didefinisikan sebagai fasilitas buang air besar yang tertutup dan terhubung ke sistem pengolahan limbah, seperti septic tank atau saluran pembuangan tertutup.
Namun, angka ini tidak merata di seluruh wilayah Indonesia. Per tahun 2023, BPS mencatat bahwa:
- Perkotaan: Sekitar 84,615% rumah tangga memiliki akses sanitasi layak.
- Perdesaan: Hanya 79,85% rumah tangga yang memiliki fasilitas serupa.
Ketimpangan ini menunjukkan bahwa wilayah perdesaan masih menghadapi tantangan besar dalam menyediakan sanitasi yang layak bagi penduduknya. Kementerian PPN/Bappenas menyebutkan bahwa salah satu alasan yang masih membuat tingginya kesenjangan antardaerah di Indonesia berkenaan dengan sanitasi adalah minimnya alokasi APBD untuk pembangunan layanan kebutuhan dasar.
Dampak Sanitasi Tidak Layak
Sanitasi yang tidak memadai dapat memicu berbagai masalah kesehatan, termasuk:
- Penyakit Diare: WHO mencatat bahwa diare adalah salah satu penyebab utama kematian anak-anak di negara berkembang, termasuk Indonesia.
- Stunting: Sanitasi buruk berkontribusi pada masalah gizi kronis yang menyebabkan stunting pada anak.
- Pencemaran Lingkungan: Limbah yang tidak diolah dengan benar dapat mencemari air tanah dan sumber air minum.
Menurut data BPS, wilayah dengan akses sanitasi buruk juga memiliki angka kasus diare yang lebih tinggi. Hal ini menggarisbawahi pentingnya sanitasi layak untuk mencegah masalah kesehatan yang serius.
Tantangan dalam Penyediaan Sanitasi Layak
Meskipun pemerintah telah menjalankan berbagai program sanitasi, beberapa kendala tetap menjadi hambatan utama:
- Keterbatasan Infrastruktur: Di perdesaan, banyak rumah tangga yang masih menggunakan fasilitas buang air terbuka karena tidak tersedia infrastruktur sanitasi dasar.
- Keterbatasan Dana: Pembangunan septic tank atau fasilitas sanitasi modern membutuhkan biaya yang tinggi, yang sulit dijangkau oleh rumah tangga berpenghasilan rendah.
- Kesadaran Masyarakat: Beberapa komunitas masih mempraktikkan kebiasaan buang air besar sembarangan karena kurangnya edukasi tentang pentingnya sanitasi.
- Kondisi Geografis: Wilayah terpencil atau kepulauan menghadapi tantangan logistik dalam pembangunan infrastruktur sanitasi.
Upaya Perbaikan Sanitasi Layak di Indonesia
Untuk meningkatkan akses sanitasi layak, berbagai langkah telah dilakukan oleh pemerintah dan lembaga terkait, antara lain:
- Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
STBM adalah program yang bertujuan mengubah perilaku masyarakat untuk berhenti buang air besar sembarangan. Program ini melibatkan edukasi langsung kepada komunitas lokal. - Kemitraan dengan Swasta
Lembaga swasta dan organisasi non-pemerintah berperan dalam menyediakan fasilitas sanitasi murah dan mudah diakses. Contohnya adalah proyek bio-septic tank yang ramah lingkungan. - Subsidi Sanitasi
Rumah tangga miskin diberikan subsidi atau pinjaman lunak untuk membangun septic tank atau mengakses sanitasi modern.
Baca Juga: Kelayakan Akses Air Minum dan Sanitasi di Negara-Negara ASEAN