Pengelolaan sampah menjadi isu yang mendesak di Indonesia, di tengah peningkatan jumlah masyarakat dan perkembangan pembangunan yang cepat. Peningkatan kesadaran akan pentingnya pemilahan sampah menjadi kunci keberlanjutan lingkungan yang akan menuju ke penurunan angka pencemaran.
Akan tetapi hasil dari sebuah survei menyatakan sebaliknya. Dalam sebuah rilis yang dikeluarkan oleh Lembaga Jajak Pendapat (Jakpat), disebutkan bahwa lebih dari separuh masyarakat Indonesia tidak memilah sampah mereka. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada sejumlah tantangan yang harus diatasi dalam upaya mempromosikan praktik ini di seluruh lapisan masyarakat.
Hasil survei yang dirilis oleh Lembaga Jakpat mengungkapkan alasan-alasan mengapa mereka tidak memilh untuk melakukan pemilahan sampah. Dalam data tersebut, dijelaskan bahwa lebih dari setengah masyarakat Indonesia (61,6%) menyatakan bahwa mereka ingin memilah sampah, namun mereka terhalang oleh kurangnya fasilitas yang mendukung. Ini mencerminkan ketidakseimbangan antara kesadaran pemilahan sampah dan ketersediaan sumber daya manusia berupa petugas yang memadai.
Kendala lain yang dihadapi adalah keterbatasan waktu. Sebanyak 47% responden menyatakan bahwa kurangnya waktu menjadi faktor utama mengapa mereka belum memilah sampah dengan baik. Kehidupan yang padat aktivitas seringkali membuat masyarakat kesulitan untuk menyisihkan waktu untuk melakukan pemilahan sampah.
Selain itu, dijelaskan bahwa sekitar 6,8% masyarakat tidak merasa bahwa pemilahan sampah merupakan tanggung jawab mereka. Bahkan terdapat beberapa responden yang mengklaim telah melakukan pemilahan sampah, akan tetapi digabung kembali oleh petugas kebersihan.
Diperlukan upaya kolaboratif dari seluruh elemen untuk membangun fasilitas pemilahan sampah yang lebih memadai, menyediakan edukasi yang lebih baik, serta merancang berbagai kebijakan yang pro terhadap pemilahan sampah di Indonesia.