Berdasarkan laporan Perdagangan Luar Negeri oleh Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, batu bara merupakan komoditas bukan minyak bumi dan gas (nonmigas) yang terbanyak diekspor hingga Agustus 2024. Nilai ekspornya mencapai US$20,1 miliar di 2024, turun US$3,7 juta atau sekitar 15,83% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
Komoditas nonmigas dengan nilai ekspor tertinggi berikutnya diisi oleh minyak kelapa sawit yang nilai ekspornya mencapai US$13,9 miliar dan logam dasar bukan besi yang nilainya sebesar US$9,5 miliar. Sama seperti batu bara, kedua komoditas tersebut juga mengalami penurunan nilai ekspor. NIlai ekspor minyak kelapa sawit turun 17,47%, sedangkan nilai ekspor logam dasar bukan besi turun 8,55%.
Sementara itu, logam dasar mulia berada di urutan terbawah dalam daftar tersebut, dengan nilai ekspor sebesar US$2,2 miliar. Nilainya naik 83,19% dari periode yang sama di 2023.
Secara keseluruhan, nilai ekspor nonmigas Januari-Agustus 2024 mencapai US$95,22 miliar, turun 5,69% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Dilansir dari laman Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, batu bara tidak hanya digunakan untuk membangkitkan listrik, tetapi juga menjadi bahan bakar utama bagi produksi baja, semen, pusat pengolahan alumina, pabrik kertas, industri kimia, serta farmasi. Selain itu, terdapat pula produk-produk hasil sampingan batu bara, antara lain sabun, aspirin, zat pelarut, pewarna, plastik, dan fiber.
Batu bara adalah bahan bakar utama untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Ketika dibakar, batu bara menghasilkan panas tinggi yang mengubah air menjadi uap dan uap ini digunakan untuk menggerakkan turbin yang menghasilkan listrik. Pembangkit listrik berbasis batu bara menyediakan energi besar dan relatif stabil untuk memenuhi kebutuhan listrik di berbagai negara.
Baca Juga: Negara Penghasil Batu Bara Terbesar 2023