Bukan Kota, Kasus Bunuh Diri Justru Lebih Marak di Desa

Sering dianggap tenang dan damai, nyatanya masyarakat desa lebih rentan depresi dibanding warga perkotaan, bahkan hingga berujung bunuh diri.

Persentase Korban Bunuh Diri (Termasuk Percobaan) Berdasarkan Klasifikasi Wilayah

(Tahun 2024)
Ukuran Fon:

Banyak orang beranggapan bahwa hidup di perkotaan membuat seseorang lebih rentan mengalami tekanan mental. Pandangan ini muncul karena kehidupan di kota sering diwarnai dengan tuntutan pekerjaan yang tinggi, biaya hidup yang besar, hingga gaya hidup serba cepat yang bisa saja melelahkan secara fisik dan emosional.

Namun siapa sangka, kasus bunuh diri justru lebih banyak ditemukan di wilayah perdesaan, tempat yang kerap dipersepsikan sebagai lingkungan yang tenang, damai, dan jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota.

Fakta ini terungkap melalui laporan Badan Pusat Statistik (BPS) berjudul Cerita Data Statistik untuk Indonesia: Potret Masalah Perilaku dan Emosional di Indonesia, Siapa yang Paling Rentan?

Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa lebih dari separuh kasus bunuh diri atau percobaan bunuh diri sepanjang tahun 2024 terjadi di daerah perdesaan. Angkanya mencapai 52,91%, lebih tinggi dibandingkan wilayah perkotaan yang tercatat sebesar 47,09%.

Bukan tanpa sebab, laporan BPS juga menjelaskan bahwa faktor yang mendorong tingginya kasus bunuh diri di desa berkaitan dengan minimnya dukungan sosial dan rendahnya kepercayaan diri dari pelaku bunuh diri. Selain itu, akses terhadap fasilitas kesehatan mental yang masih terbatas dan persepsi negatif terhadap layanan kesehatan juga memperburuk kondisi tersebut.

“Dapat dikatakan bahwa tantangan utama dari kasus perdesaan ini adalah pada kesenjangan akses dan kualitas layanan kesehatan mental serta adanya budaya tabu untuk membicarakan isu kesehatan mental,” kutip laporan BPS.

Lebih lanjut, jika ditelusuri dari karakteristik sosial ekonomi, masyarakat perdesaan memang tampak lebih rentan mengalami gangguan emosional dan perilaku. Dalam laporan yang sama, disebutkan bahwa klasifikasi wilayah menjadi faktor cukup mencolok yang mendorong gangguan emosional dan perilaku. Persentase individu dengan masalah emosional di desa mencapai 0,34%, lebih tinggi dibandingkan di kota yang berada di angka 0,27%.

Tingkat pendidikan juga memiliki kaitan dengan risiko kesehatan mental. Mereka yang berpendidikan dasar memiliki tingkat kerentanan sebesar 0,41%, jauh lebih tinggi dibandingkan mereka yang berpendidikan menengah (0,19%) dan tinggi (0,15%). Sementara itu, dari sisi jenis kelamin, perempuan memiliki kecenderungan sedikit lebih tinggi (0,31%) dibanding laki-laki (0,29%).

Lapangan pekerjaan pun ikut berperan. Individu yang bekerja di sektor pertanian dan pertambangan tercatat memiliki persentase gangguan emosional dan perilaku sebesar 0,36%. Sektor ini memiliki angka tertinggi dibandingkan industri (0,26%) maupun jasa (0,22%), yang biasanya lebih banyak dijumpai di kawasan perkotaan.

Melihat fakta ini, penting untuk tidak lagi menganggap bahwa masalah kesehatan mental hanya milik mereka yang tinggal di kota besar. Nyatanya, tekanan bisa datang dalam berbagai bentuk, termasuk kesepian, keterbatasan akses, dan beban sosial yang kerap tidak terlihat di balik kehidupan desa yang tampak tenang.

Jika kamu atau orang di sekitarmu merasakan tanda-tanda tekanan mental seperti stres berlebih, cemas, merasa putus asa, atau keinginan untuk menyakiti diri, jangan ragu untuk segera mencari bantuan profesional. Konsultasi dengan psikolog atau layanan kesehatan terdekat dapat menjadi langkah awal untuk pulih dan menemukan harapan kembali. Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik, dan kamu tidak sendirian.

Baca Juga: Gangguan Kesehatan Mental yang Paling Dikhawatirkan Orang Indonesia 2024

Sumber:

https://www.bps.go.id/id/publication/2025/06/30/315f265c272f6a38f920d65c/cerita-data-statistik-untuk-indonesia---potret-masalah-perilaku-dan-emosional-di-indonesia--siapa-yang-paling-rentan-.html

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook